Bab I
Siklus Audit
Pendekatan audit tidak didasarkan pada pendekatan pos atau rekening tetapi dikembangkan menjadi pendekatan siklus. Siklus ini mengorganisasikan kegiatan-kegiatan perusahaan. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dipilah menjadi beberapa sikus yaitu:
1. Siklus Pendapatan
Siklus pedapatan berisi aktivitas-aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa antara perusahaan dengan para pelanggan dan proses pengupulan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Kelas transaksi dalam siklus ini antara lain : penjualan kredit, pembelian, pertuaran.
2. Siklus Pengeluaran
Siklus pengeluaran berisi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan berbagai keputusan dan proses untuk memperoleh aktiva tetap, barang dan jasa yang diperlukan dalam proses operasional perusahaan dan pembayaran yang dilakukan perusahaan atas aktiva tetap, barang dan jasa yang diperoleh. Kelas transaksi dalam siklus ini antara lain : pembelian, an pengeluaran kas.
3. Siklus Personalia
Siklus personalia melibatkan berbagai transaksi yang terkait dengan aktivitas karyawan dan pembayarannya. Kelas transaksi dalam siklus ini adalah transaksi pengajian.
4. Siklus Produksi
Siklus produksi berkaitan dengan koversi bahan baku menjadi baran jadi. Transaksi dalam ini meliputi perencanaan dan pengendalian produksi dan besarnya tingkatan persediaan. Transaksi dalam siklus ini disebut sebagai transaksi-transaksi manufaktur (produksi).
5. Siklus Investasi dan Pendanaan
Siklus investasi berkaitan dengan aktivitas kepemilikan surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan lain. Siklus pendanaan berkaitan dengan aktivitas penghimpunan dana yang berasal dari pihak lain, baik sebagai setoran modal maupu utang jangka panjang, pembayaran kembali utang jangka panjang, pembayaran bunga dan deviden.
6. Siklus Kas
Siklus kas merupakan akumulasi dari siklus-siklus yang dibahas diatas. Seluruh transaksi dalam kelima siklus diatas memiliki kaitan dengan kas, baik langsung maupun tidak langsung.
Program audit untuk pengujian substantife terbagi menjadi 5 yaitu :
1. Prosedur Audit Awal (Initial Prosedure)
Prosedur audit awal dilakukan oleh auditor dengan melakukan rekonsiliasi antara saldo akun dengan bukti-bukti yang melampiri pencatatannya. Auditor harus yakin bahwa saldo akun yang tercatat telah didukung dengan bukti yang memadai. Prosedur Audit melibatkan kegiatan-kegiatan:
a. Mengusut saldo awal dari saldo dengan melakukan rekonsiliasi antara saldo akun atas kertas kerja ke tahun sebelumnya,
b. Menelaah kegiatan yang tercatat dalam buku besar dan menentukan apakah ada aktivtas yang berifat luar biasa,
c. Verifikasi penghitungan antara catatan dalam saldo akun dengan catatan yang ada dalam buku pembantu
2. Prosedur Audit
Prosedur analisis berisi studi dan pembandingan antara data-data yang memiliki keterkaitan. Prosedur ini meliputi:
a. Penghitungan rasio
b. Analisis vertical
c. Pembandingan antara jumlah yang actual dengan data-data historis atau anggaran, penggunaan odel matematika.
Dengan prosedur analitis dapat diperoleh indikasi adana transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, fluktuasi, dan kesalahan saji. Pada dasarnya, dengan melaksanakan prosedur analitis, auditor berusaha untuk dapat memahami bisnis klien dalam menemukan bidang-bidang yang memerlukan perhatiaan khusus ata intensif.
3. Penguji Detail Transaksi
Auditor melakukan terhadap proses pendebitan dalam setiap akun. Ativitas pendebitan dan pengkreditan tersebut diakibatkan adanya transaksi. Auditor berusaha untuk memperoleh keyakinan dalam ketetapan proses tersebut. Penguji detail transaksi dilakukan dengan:
a. Mengusut jumlah saldo akun ke bukti-bukti pendukungnya
b. Melakukan verivikasi pisah batas (cut-off) untuk menentukan ketetapan waktu pengakuan suatu transaksi.
4. Penguji Detail Saldo
Pengujian detail dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan kepada bukti-bukti pendukung, pengusutan, penngamatan dan inspeksi.
5. Penyajian dan Pengungkapan
Auditor membuat pembadingan antara penyajian yang dibuat oleh pihak manajemen dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Oleh karena itu, seorang auditor yang mlakukan pemeriksaan laporan keuangan perlu memahami dengan baik prinsip akuntansi yang berlaku. Prinsip akuntansi yang berlaku digunakan sebagai tolok ukur untu menilai apakah laporan keuangan sudah disajikan dengan wajar.
Bab 2
PENGAUDITAN SIKLUS PENDAPATAN
Tujuan Audit
Tujuan audit adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi ssignifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo silus pendapatan. Tujuan audit ditentukan berdasarkan atas kelima kategori asersi keuangan yang ditanyakan oleh manajemen:
1. Asersi Keberadaan atau Keterjadian
Pada audit siklus pendapatan, tujuan keberadaan atau keterjadian menekankan pada apakah seluruh saldo penjualan, piutang dagang, dan kas benar-benar eksis atau ada pada tanggal neraca. Disamping itu, asersi juga menekankan pada apakah seluruh transaksi yang tercatat benar-benar terjadi dan bukan rekaan manajemen semata. Berikut merupakan rincian tujuan audit aseri keberadaan atau keterjadian:
a. Transaksi penjualan yang tercatat menggambarkan barang yang dikirimkan kepada pelanggan selama periode di bawah audit.
b. Transaksi penerimaan kas yang tercatat menggambarkan kas yang diterima selama periode, baik yang berasal dari penjualan tunai maupun penjualan kredit.
c. Transaksi penesuaian penjualan yang tercatat selama suatu periode menggambarkan rekening potongan penjualan yang terotorisasi, retur penjualan, dan piutang tak tertagih.
d. Saldo piutang dagang yang tercatat menggambarkan jumlah yang harus dibayar pelanggan pada tanggal neraca.
2. Asersi Kelengkapan
Asersi ini menekankan pada seluruh transaksi dan saldo yang semestinya tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan. Berikut rincian tujuan audit asersi kelengkapan:
a. Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari penagihan piutang dan penjualan tuunai, serta penyesuaian penjualan yang terjadi selama suatu periode sudah tercatat.
b. Piutang dagang meliputi seluruh klaim perusahaan terhadap pelanggan pada tanggal neraca.
3. Asersi Hak dan Kewajiban
Berkaitan dengan asersi ini, auditor berusaha memastikan apakah perusahaan mempunyai hak kepemilikan yang sah atas saldo kas dan piutang dagang. Piutang dagang menggambarkan klaim legal perusahaan terhadap pelanggan untuk pembayaran
4. Asersi Penilaian dan Pengalokasian
Berkaitan dengan asersi penilaian, auditor akan berusaha memperoleh bukti mengenai apakah saldo penjualan, piutang dagang dan kas telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat. Auditor akan berusaha memastikan apakah saldo tersebut diperoleh melalui penilaian sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Berikut rincian tujuan audit asersi penilaian atau pengalokasian:
a. Semua transaksi penjualan kredit, peneriamaan kas, dan penyesuaian penjualan telah dijurnal secara tepat.
b. Saldo piutang dagang menggambarkan klaim bruto terhadap pelanggan dan sesuai dengan saldo dalam buku pembantu piutang dagang. Klaim bruto berarti potongan penjualan baru akan dilakukan apabila pelunasan piutang dilakukan dalam periode potongan.
c. Cadangan piutang tak tertagih menggambarkan estimasi yang wajar tentang perrbedaan antar piutang dagang bruto dan nilai bersih yang dapat terealisasikan.
5. Asersi Pelaporan dan Penguungkapan
Selain memperoleh ukti mengenai keempat asersi di atas, auditor perlu menghimpun bukti apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat dilasifikasikan, dijelaskan, diungkapkan dalam neraca. Berkat rincian tujuan audit asersi pelaporan dan pengungkapan:
a. Piutang dagang telah diidentifikasi dan dikelompokkan secara tepat dalam neraca. Piutang dagang dikelompokkan seagai asset lancer perusahaan dalam neraca.
b. Pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan dengan piutang dagang yang sudah dialihkan ke pihak lain atau dijaminkan.
c. Penjualan, potongan penjualan, retur penjualan, dan rugi piutang tak tertagiih telah diidentifikasikan dan dikelompokkan secara tepat dalam laporan laba rugi.
Transaksi Penjualan adalah sumber utama pendapatan operasional banyak perusahaan dan merupakan komponen utama yang menentukan laba bersih. Transaksi penjualan kredit akan menambah saldo rekening piutang dagang.
Resiko Bawaan
Resiko bawaan siklus pendapatan pada banyak perusahaan adalah tinggi. Berbagai faktor yang menyebabkan tingginya resiko bawaan siklus pendapatan ini, antara lain:
a. Volume transaksi yag tinggi,
b. Penentuan waktu pengankutan pendapatan berkaitan dengan standar akuntansi yang ambigu, dilakukan estimasi perhitungan,
c. Piutang dagang mungkin salah diklasifikasikan dalam piutang lancer dan piutang tidak lancer karena kesulitan dalam memperkirakan wakt pelunasan,
d. Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati)
e. Adanya potensi terjadi dalam transaksi penyesuaian penjualan untuk mentup korupsi.
Aktivitas pengendalian dimulai dengan identifikasi berbagai dokumen dan catatan
Dokumen-dokumen dan catatan yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Oder pelanggan, yaitu suatu permintaan barang dagang yang dilakukan oleh konsumen atau pelanggan. Permintaan tersebut dapat ddilakukan melalui telepon surat (mail oder), alat elektronik atau akses computer pelanggan computer perusahaan, melalui selesman, atau cara lainya.
2. Oder penjualan, yaitu formulir yang digunakan sebagai dasar pemprosesan intern lain atas oder pelanggan. Dokumen ini mencatat deskripsi, kuantitas, dan informasi lein mengenai barang yang dipesan pelangan. Dokumen ini sering digunakan untuk menunjukkan adanya persetujuan penjualan secara kredit atas pelanggan yang bersangkutan dan otorisasi pengiriman barang.
3. Dokumen pengiriman, yaitu dokumen yang disiapkan pada saat pegiriman yang mengidikasikan deskripsi barang dagang, kuantitas yang dikirimkan, tanggal pengiriman, dan data yang relevan. Dokumen aslinya dikirim kepada pelanggan, sedangkan beberapa tembusannya di simpan perusahaan. Pengiriman biasanya dilakukan oleh jasa pengiriman. Dalam hal ini, maka dokumen pengiriman berfungsi sebagai bill of loading, yaitu suatu kontrak tertulis antara pengangkutan dan penjual (perusahaan) mengenai penerima dan pengirim barang.
4. Faktur penjuslsn atau sales invoice, yaitu dokumen yang mengidentivikasi data-data penting megenai suatu penjualan. Data-data tersebut meliputi deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, tanggal penjualan, harga jual termasuk biaya pengangkutan dan asuransi, data relevan lainya. Dokumen ini digunakan untuk menagih pelanggan dan berfungsi juga seagai dokumen dasar penjurnalan penjualan.
5. Jurnal penjualan. Jurnal penjualan digunakan untuk mencatat transaksi penjualan secara lengkap. Biasanya penjurnalan dilakukan tidak untuk setiap transaksi penjualan. Penjurnalan penjualan sering dilakukan dengan metode batch yaitu faktur pnjualan yang terjadi pada suatu hari dikumpulkan dan dujumlahkan, kemudian dilakukan penjurnalan sekaligus.
6. Buku pembantu piutang dagang, berisi informasi mengenai pelanggan dengan siapa transaksi dilakukan (nama pelanggan), berapa saldo piutang dagang, penerimaan kas dan retur penjualan pelanggan tersebut, dan pembatasan jumlah piutang limit kredit.
7. File transaksi penjualan (pada sistem PDE) yaitu, file komputer untuk transaksi penjualan yang terlengkapi.
8. Daftar harga barang dagangan, yaitu daftar yang berisi harga yang diijinkan atau terotorisasi untuk setiap barang dagang yang siap dijual.
9. Laporang bulanan yaitu, dokumen atau laporan yang dikirim kepada pelanggan mengenai saldo awal piutang dagang atas setiap pelanggan, transaksi-transaksi yang dilakukan pada bulan tersebut lengkap dengan tanggal dan jumlah setiap transaksi, pembayaran kas yang diterima dan memo kredit yang dikeluarkan, serta saldo akhir piutang dagang pelanggan tersebut.
Fungsi Penjualan Kredit
Pemahaman fungsi-fungsi yang terlbat dalam siklus penjualan kredit, sangat berguna untuk memahami bagaimana audit siklus ini dilaksanakan. Fungsi yang terlibat didalam pengolahan transaksi penjualan kredit meliputi:
1. Fungsi Penerima Order Pelanggan. Fungsi ini bertugas untuk menerima order pelanggan, dan awal dari siklus ini dimana permintaan barang dagang oleh pelanggan melalui order pelanggan.
2. Fungsi Persetujuan Kredit. Fungsi ini dipegang oleh departemen kredit yang bertugas untuk menentuukan layak tidaknya suatu penjualan kredit dilakukan sesuai kebijakan kredit dari manajemen.
3. Fungsi Pemenuhan Order Penjualan. Fungsi ini dipegang oleh bagian gudang, yang dimana berdasar tebusan order penjualan dari bagian penjualan atau departemen order penjualan bagian gudang mengeluarkan barang dagang sesuai kantitas dan keterangan lain yang tercantum dalam order penjualan.
4. Fungsi Pengiiriman Barang Dagang. Fungsi ini harus dipisahkan dari fungsi yang ada diatas, karena fungsi ini dimaksudkan untuk mencegah pengiriman barang dagang yang tampa otorisasi, dan petugas bagian pengiriman barang harus melakukan pemeriksaan independen sebelum mengirimkan barang.
5. Fungsi Penagihan Pada Pelanggan. Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirim faktur penjualan bernomor urut dengan pelanggan, dan menerima tembusan dokumen pengiriman barang dagang kemudian melakukan pemerisaan kesesuaian dokumen pengiriman dengan order penjualan yang disetujui.
6. Fungsi Pencatat Penjualan. Pencatatan yang tepat atas transaksi penjualan kedalam jurnal penjualan maupun buku pembantu piutang dagang, merupakan salah satu bagian penting dalam proses akuntansi. Kesalahan dalam penjurnalan ini dapat mengakibatkan kesalahan yang signifikan dalam laporan keuangan baik neraca maupun laporan laba rugi. Terdapat beberapa pengendalian yang diterapkan dalam funsi ini, antara lain :
a. Pencatatan jurnal penjualan berdasar faktur penjualan yang telah dibandingkan dengan dokumen pengiriman dan order penjualan.
b. Penjurnalan dilaksanakan berdasar faktur penjualan yang bernomor urut.
c. Penggunaan kode faktur yang berguna untuk mengklasifikasikan rekening.
d. Pemisahan tugas pencatatan dengan fungsi-fungsi yang lain.
e. Penggunaan bagian perhitungan dalam memberikan kode atau klasifikasi faktur dan persetujuan yang independen dari supervisor.
f. Pembatasan akses atas fasilitas pencatatan penjualan untuk mencegah penjurnalan yang tampa otorisasi.
g. Pengecekan independen secara periodic atas kesesuaian jumlah yang tercantum dalam buku pembantu piutang dagang, dengan jumlah yang ditanyakan dalam buku besar.
h. Pengiriman laporana pelanggan bulanan.
Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman
Penghimpunan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Review pendahuluan (Preliminary Review), dimana dalam hal ini auditor memahami sistem pengendalian intern dengan mengembangkan pemahaman atas lingkungan pengendalian klien dan aliran transaksi baik kredit maupun kas.
2. Dokumentasi system, hal ini biasanya auditor mendokumentasikan pemahaman terhadap system pengendalian intern dengan flowchart, kuesioner dan deskripsi naratif. Flowchart pada umumnya menyediakan deskripsi system pengendalian intern dengan singkat, informatif dan tidak ambigu (biasa).
3. Deskripsi naratif, hal ini menjelaskan kondisi system pengendaian intern dalam tulisan. Naratif sangat sulit untuk disusn dan dipahami secara komprehensif, oleh karena itu, deskripsi naratif biasa digunakan untuk tahap yang tidak kompleks dan transaksi yang terkait tidak material, sebagai contoh kas kecil.
4. Mengevaluasi bagian aliran transaksi, dimana hal ini auditor menguji pemahamannya mengenai system dengan melakukan evaluasi bagan alir transaksi.
Penetapan Risiko Pengendalian
Penetapan risiko pengendalian merupakan proses pengevaluasian efktivitas kebijakan prosedur struktur pngendalian intern dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan. Ada lima tahap penetapan risiko pengendalian, yaitu:
1. Mengidentifikasi salah saji potensial yang terjadi.
2. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan menditeksi salah saji.
3. Menghimpun bukti melalui pengujian pengendalian mengenai apakah rancangan dan operasi pengendalian adalah efektif.
4. Mengevaluasi bukti yang dihimpun.
5. Melakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian.
Pengujian Pengendalian
Auditor sangat sering mengandalkan struktur pengendalian intern klien dalam audit siklus pendapatan karena cangkupan siklus pendapatan melinbatkan transaksi yang banyak dan material. Prosedur pengujian pengendalian yang dapat diterapkan untuk siklus pendapatan dibedakan atas prosedur:
1. Pengujian pengendalian pengiriman barang dagang, kelemahan yang terdapat pada departemen pengiriman barang menunjukkan kemungkinan kesalahan maupun penyimpangan barang dikirimkan tanpa otorisasi yang layak atau barang yang dikirim tercatat dan tidak dilakukan penagian. Tujuan pengujian pengendalian adalah menentukan apakah pengiriman barang dagangan hanya didasarkan pada order penjualan yang disetujui apakah semua pengiriman barang tercatat dan dilakukan penagihan atas barang tersebut.
2. Pengujian pengendalian penagihan, dalam faktur penjualan merupakan dokumen utama dalam pengujian penagihan, setelah itu auditor membandingkan harga faktur dengan harga yang telah diotorisasi, dan selanjutnya disusutkan apakah barang yang tercantum dalam faktur dikirimkan, setelah hal tersebut telah dilakukan pengujian apakah faktur tersebut sudah dijurnal semestinya dalam jrnal penjualan.
3. Pengujian pengendalian pencatatan, hal ini bertujuan untuk menentukan apakah semua detail telah diringkas dan secara periodic direkonsiliasi dan yang paling penting secara akurat di-posting kedalam jurnal penjualan, buku besar piutang, dan buku besar umum.
4. Pengujiian pengendalian retur penjualan, dalam pengujian ini memfokuskan pada persetujuan dan pencatatan atas memo kredit, yang dimana kredit memo merupakan dokumen utama dalam pengujian ini.
5. Pengujian pengumpulan kas, dalam aktivitas pengumpulan atas penermaan kas sangat rentan terhadap penyelewengan, dan penerimaan kas dalam bentuk cek sangat mudah ditukarkan dengan kas atau depositokan dalam rekening dimanipulasi.
6. Pengujian piutang yang tak tertagih, dalam pengujian kepatuhan atas piutang dagang yang tidak tertagih memfokuskan pada apakah penghapusan sudah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
Pengujian Pengendalian dengan Bantuan Komputer
Apabila sebuah transaksi penjualan kredit diproses dengan komputer, maka auditor dapat menggunakan bantuan komputer untuk pengujian pengendalian, namun auditor harus mempertimbangkan efektifitas pengendalian umum yang berkaitan dengan perubahan program dan keamanan file. Tes audit dengan bantuan komputer dapat dilakukan meliputi:
1. Penggunaan software audit atau program utility untuk melakukan serangkaian cek untuk mendeteksi order penjualan dokumen pengiriman, faktur penjualan yang hilang atau terulang pada file komputer.
2. Mendesain, menyeleksi, dan mengevaluasi sempel dokumen pengiriman.
3. Menyeleksi dan mencetak suatu sempel harga jual dari file induk harga jual untuk dibandingkan dengan harga yang ditetapkan oleh manajemen.
Pertimbangan Aktivitas Pengendalian Transaksi Penerimaan Kas dari Transaksi Penjualan
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas system penjualan tunai dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan:
1. Review kinerja, dalam aktivitas pengendalian ini mencangkup review atas kinerja sesungguhnya dari transaksi penjualan tunai dibandingkan dengan anggaran, prakiraan atau kinerja periode sebelumnya.
2. Pengolahan informasi, ada dua pengelompokan aktivitas ini yaitu, pengendalian umum merupakan pengendalian atas operasional penjualan tunai, pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi, sedangkan pengendalian aplikasi berlaku untuk pengolaha aplikasi secara individual.
3. Pengendalian fisik, aktivitas ini mencangkup keamanan fisik aktiva yang dijual, termasuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari akses yang tidak dikehendaki.
4. Pemisahan tugas, suatu pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk memberikan otoritas transaksi penjualan tunai, pencatatan transaksi penjualan kredit, menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang dijual dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan atau kesempatan orang untuk berbuat curang.
Berikut ini penjelasan mengenai dokumen yang digunakan, fungsi yang dilibatkan, jaringan prosedur yang terkait :
Dokumen dan Catatan:
a. Remittance Adnice, yaitu dokumen yang dikirim ke pelanggan bersama dengan faktur penjualan, untuk dikembalikan bersama pembayaran.
b. Prelist, yaitu penerimaan kas yang diterima melalui pos.
c. Kertas perhitungan kas, yaitu daftar kas dan cek dalam regristrasi.
d. Laporan ringkasan kas harian, yaitu laporan yang menunjukkan total jumlah kas yang diterima kasir melalui kasa atau melalui pos.
e. Slip deposit tervalidasi, yaitu slip setoran uang ke bank yang telah divalidasi bank.
f. File transaksi penerimaan kas, yaitu file komputer yang digunakan untuk menyimpan data transaksi penerimaan kas yang tervalidasi (dalam system PDE).
g. Jurnal penerimaan kas, dalam jurnal ini sebenarnya tidak hanya digunakan untuk menjurnal kas dari penjualan tunai atau piutang, tetapi juga untuk kas dari sumber penerimaan lainnya.
Fungsi-fungsi dalam Penjualan Tunai
Ada tiga fungsi yang terkait dalam transaksi penerimaan kas dari transaksi penjualan, yaitu:
1. Fungsi penerimaan kas, terdapat resiko yang ada dalam transaksi penerimaan kas yaitu, pencurian kas sebelum maupun sesudah pencatatan penerimaan kas, kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam pengolahan selanjutnya atas kas yang diterima.
2. Fungsi pendepositan kas di bank, yaitu prosedur pengendalian diterapkan dalam bentuk prosedur yang mengharuskan semua penerimaan kas didepositkan pada hari itu juga.
3. Fungsi pencatatan penerima kas, dimana fungsi ini melakukan penjurnalan penerimaan kas melalui kasa maupun pos, dan melakuka posting penerimaan ke rekening pelanggan yang bersangkutan atas penerimaan melalui pos. Prosedur pengendalian diterapkan dengan cara:
- Pengendalian akses
- Pemisahan tugas penjurnal dan pemosting
- Pencatatan atau penjualan dilakukan berdasarkan ikhtisar kas harian
- Pengecekan independen atas kesesuaina jumlah penjurnalan dan posting dengan prelist atau dengan ikhtisar kas harian dan slip deposit tervalidasi.
- Rekonsiliasi bank periodic oleh karyawan yang tidak terlibat transaksi kas.
Transaksi penyesuaian penjualan meliputi transaksi retur penjualan dan traksaksi penghapusan piutang. Aktivitas pengendalian diperlukan dalam kedua prosedur ini adalah untuk mencegah kemungkinan salah saji mencangkup:
Prosedur retur penjualan:
1. Pemisahan tugas antara yang berwenang memberi otoritas transaksi retur penjualan dengan fungsi yang menangani dan mencatat transaksi tersebut.
2. Penggunaan memo kredit yang diotorisasi oleh pejabat berwenang.
3. Penerimaan barang yang hanya didasarkan pada adanya otorisasi retur penjualan.
4. Dilakukan perhitungan secara independen atas barang yang diretur.
5. Setiap pencatatan harus dilandasi pada dokumen pendukung yang lengkap seperti penyesuaian hutang akibat retur penjualan yang didasarkan pada memo kredit yang telah diotorisasi.
Prosedur penghapusan piutang:
1. Pemisahan fungsi antara fungsi operasional dan fungsi pencatat.
2. Penggunaan bukti memorial yang terotorisasi
3. Setiap pencatatan harus dilandasi dengan dokumen sumber dan dokumen pendukung yang lengkap.
4. Pertanggungjawaban semua bukti memorial secara periodic.
Dokumen dan Catatan:
1. Memo kredit, yaitu dokumen yang mengidikasikan pengurangan pendapatan penjualan karena adanya barang terjual yang dikembalikan oleh pelanggan, atau karena pemberian potongan penjualan.
2. Jurnal retur penjualan, jurnal ini digunakan untuk mencatat dan merekam retur penjualan.
3. Formulir otorisasi piutang tak tertagih, dokumen ini berisi otorisasi penghapusan piutang dagang dengan mendebet rugi piutang taj tertagih, dan formulir ini disebut juga memo pengotorisasi penghapusan piutang. Didalam transaksi ini melibatkan penyesuaian penjualan berikut ini:
- Pemberian potongan penjualan, dalam hal ini perusahaan memberikan potongan penjualan yang berbeda jumlahnya untuk setiap pelanggan yang berbeda.
- Pemberian hak retur penjualan, dalam hal ini untuk mengurangi resiko terjadinya retur penjualan yang tidak diotorisasi, digunakan prosedur bahwa tidak akan terjadi penerimaan barang dari konsumen tampa otorisasi dari bagian penjualan.
- Penghapusan piutang dagang, dalam perusahaan fungsi ini sering digunakan sebagai penetapan rekening rugi piutang tak tertagih, banyak perusahaan sering menghadapi masalah adanya piutang dagang yang tidak dapat dilunasi pelanggan.
- Penetapan cadangan kerugian piutang, hal ini harus memadai untuk mengantisipasi terjadinya piutang tak tertagih.
Penetapan Program Audit
Auditor dapat merancang program audit untuk mencapai tingkkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk masing-masing asersi, dan pada umumnya pengujian substansif lebih banyak diterapkan untuk asersi keberadaan dan keterjadian, serta penilaian dan pengalokasian. Didalam pelaksanaan pengujian substantif piutang dagang, auditor terutama mengandalkan bukti yang diperoleh melalui informasi yang diperoleh langsung dari pelanggan, dan menelaah dokumentasi yang dilakukan dalam organisasi klien. Berikut merupakan prosedur yang digunakan auditor dalam pelaksanaan pengujian substantif piutang dagang, yaitu:
1. Prosedur inisial, awal dari memverifikasi rekening piutang dagang dan cadangan kerugian piutang adalah dengan melakukan penelusuran saldo pada awal periode sampai pada akhir periode, dan selanjutnya aktivitas pada periode berjalan yang berkaitan dengan piutang dagang dan cadangan kerugian piutang dapat ditelaah untuk transaksi yang bersifat tidak baik sifat maupun jumlahnya, dalam transaksi yang tidak biasa tersebut membutuhkan investigasi khusus.
2. Menerapkan prosedur analitis, secara umum peranan dari prosedur analitis adalah mengarahkan perhatian auditor terhadap akun atau saldo yang nampak tidak biasa atau tidak layak dan selanjutnya menuntut pengujian substantive tambahan. Dalam siklus pendapatan, prosedur analitis dapat digunakan untuk mengidentifikasikan:
- saldo yang sudah nampak layak sehingga tidak membutuhkan prosedur pengujian substantif tambahan.
- Saldo tidak biasa atai tidak layak yang membutuhkan prosedur pengujian substantif tambahan.
3. Pengujian detail transaksi, pengujian ini dapat dilakukan selama periode interim bersamaan dengan pengendalian dengan menggunakan dual purpose test.
4. Vouching piutang dagang ke dokumenpendukung, dalam hal ini file pelanggan yang diolah oleh perusahaan meliputi dokumen order pelanggan, order penjualan, dokumen pengiriman, faktur penjualan, memo kredit, dan koresponden.
5. Melakukan cut off test penjualan dan retur penjualan, dalam pengujian cut off terhadap penjualan dirancang untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa penjualan dan piutang dagang pada periode terjadinya transaksi, jurnal yang berkaitan dengan persediaan dan harga pokok penjualan dibuat juga pada periode yang tepat. Pengujian ini biasanya dilakukan pada tanggal neraca, meliputi:
- pengujian dokumen pengiriman beberapa hari sebelum atau sesudah tanggal pisah batas.
- Mencocokkan dokumen pengiriman ke catatan persediaan dan penjualan untuk membuktikan penjurnalan dilakukan pada periode akuntasi yang tepat.\
- Memeriksa bukti untuk memastikan validitas dan ketepatan pengiriman dan penjurnalan terkait.
- Wawancara manajemen tentang pengiriman melalui pihak ketiga dan penjurnalan.
6. Pengujian detail saldo, suatu prosedur pengujian detail saldo meliputi dua kategori pengujian substansif yaitu, konfirmasi dan prosedur untuk mengevaluasi kelayakan cadangan kerugian piutang.
7. Konfirmasi piutang dagang, prosedur yang sangat perlu dilakukan karena merupakan prosedur auditingyang diterima umum, kecuali apabila piutang dagang tidak material, tidak efisien, risiko bawaan maupun resiko pengendalian rendah, apabila seorang auditor tidak melakukan konfirmasi ia harus mencantumkan dalam kertas kerja mengenai alasan dan bagaimana akuntan mengatasinya atau tindakan alternatif yang akan dilakukan. Terdapat beberapa jenis konfirmasi, yaitu:
- Konfirmasi positif dimana debitur cukup menyebutkan apakah saldo piutang dagang atas pelanggan tersebut benar atau salah.
- Konfirmasi negatif dimana debitur cukup menjawab atau mengembalikan surat konfirmasi apabila saldonya salah.
Dalam hal ini konfirmasi positif lebih menghasilkan bukti yang lebih baik daripada konfirmasi negatif, karena tidak dikembalikannya konfirmasi oleh debitur pada konfirmasi negatif, dapat saja disebabkan karena debitur malas mengembalikannya, atau konfirmasi tersebut hilang dalam perjalanan.
8. Penentuan waktu dan luas konfirmasi, hal ini ditentukan berdasarkan risiko deteksi, apabila resiko deteksi rendah tanggal konfirmasi adalah tanggal neraca, dan sampelnya lebih banyak. Apabila risiko deteksi tinggi, konfirmasi dilakukan satu atau dua bulan sebelum tanggal neraca (harus diikuti pemeriksaan perubahan yang material).
9. Menelaah tingkat kolektibilitas piutang dagang, meskipun telah ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk menelaah dan menyetujui permintaan kredit, perusahaan tidak dapat menghilangkan risiko bahwa beberapa piutang dagang tidak tertagih, dan sebagai akhibatnya jumlah yang layak atas piutang dagang lebih kecil dari jumlahyang tercatat.
10. Menelusuri piutang tercatat ke dokumen pendukungnya, dalam rekening piutang dagang suatu pelanggan dapat ditelusuri ke faktur penjualan, dokumen pengiriman, order penjualan, dan order pelanggan, namun dalam rekening kredit atau pengurang saldo piutang dagang, dapat ditelusuri ke remittance advise, dan memo kredit otoritas penyesuaian penjualan.
11. Disposisi penggecualian, pengecualian ini dapat dikrenakan barang yang ada di perjalanan, barang yang diretur dan pembayaran yang masih dalam perjalanan, lalu semua pengecualian tersebut perlu dianalisa oleh auditor.
12. Prosedur alternatif, apabila surat konfirmasi yang dikirim tidak mendapatkan jawaban dari responden, maka harus dilakukan prosedur alternatif seagai ganti prosedur konfirmasi. Prosedur alternatif yang biasa digunakan adalah:
- Menguji pengumpulan kemudian, bukti terbaik untuk keberadaan dan kolektiibilitas adalah penerimaan pembayaran dari pelanggan.
- Melakukan vouching terhadap faktur penjualan yang belum dilunasi.
13. Evaluasi kelayakan cadangan kerugian piutang, pengujian ini meliputi:
- Footing dan cross footing pada daftar umum piutang dan kesesuaiannya dengan jumlah total yang terdapat dalam buku besar.
- Menguji jumlah yang terdapat di dalam daftar umur piutang baik jumlah maupun umurnya.
- Mempertimbangkan bukti berkaitan dengan kolektibilitas jumlah yang belum dilunasi.
- Mempertimbangkan kelayakan dari presentase yang digunakan untuk menghitung besarnya cadangan kerugian piutang.
14. Membandingkan presentasi laporan dengan prinsip akuntasi yang berterima umum, dalam hal ini auditor harus memahami persyaratan penyajian dan pengungkapan piutang dagang dan penjualan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Penyajian saldo piutang dagang yang tepat meliputi identifikasi dan klasifikasi piutang dagang dalam neraca, dan pengakuan pendapatan maupun rugi piutang tak tertagih dalam laporan laba rugi.
15. Konfirmasi saldo kas, saldo kas yang menunjukkan deposito pada bank dikonfirmasi oleh auditor, dan sebagi tambahan pada saldo kas informasi berkaitan dengan utang dan utang bersyarat diwajibkan dalam standart konfirmasi bank.
16. Verifikasi keakuratan matematis, dalam hal ini auditor menghitung kembali perhitungan klien dan jurnal kas dan rekonsiliasi bank, total jurnal dibandingkan dengan rekonsiliasi bank dan melakukan tracing ke posting di buku besar.
17. Cut off test, hal ini berkaitan dengan asersi keberadaan dan kelengkapan, pada umumnya tes ini melibatkan rekonsiliasi semua dokumentasi internal dan eksternal yang berkaitan dengan saldo kas, misalnya:
- Dokumentasi internal : jurnal kas, buku besar dan rekonsiliasi bank.
- Dokumentasi eksternal : laporan bank akhir tahun, laporan cut off bank dan konfirmasi bank.
18. Menguji penghimpunan kemudian, bukti terbaik kolektibilitas piutang dagang adalah penerimaan pembayaran dari pelanggan, dan pembandingan penghimpunan piutang dagang dan saldo piutang dagang pada tanggal neraca dapat menunjukkan kolektabilitas piutang dagang.
19. Menelaah pengungkapan dan penyajian laporan keuangan, dalam hal ini auditor memberikan pertimbangan apakah penyajian saldo kas sudah diklasifikasikan secara tepat dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, dan jumlah yang diidentifikasikan sebagai kas yang harus menunjukkan kas di perusahaan dan deposito yang tidak dibatasi.
BAB III
PENGAUDITAN SIKLUS PENGELUARAN
Siklus pengeluaran meliputi berbagai keputusan dan proses yang perlu untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan operasional bisnis perusahaan.
Kedua kelas transaksi ini mempengaruhi berbagai rekening berikut :
a. Persediaan barang dan jasa
b. Persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan suku cadang.
c. Biaya dibayar dimuka
d. Aktiva tetap
e. Aktiva lain- lain
f. Utang dagang
g. Retur dan potongan pembelian
h. Berbagai biaya depresiasi, dan harga pokok penjualan
i. Kas
B Tujuan Audit
Tujuan audit adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pengeluaran.
Tujuan audit didasarkan atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh manajemen, yaitu :
1. Asersi keberadaan atau keterjadian
2. Asesri kelengkapan
3. Asersi hak dan kewajiban
4. Asersi penilaian dan pengalokasian
5. Asersi pelaporan dan pengungkapan
C Resiko Bawaan
Faktor- faktor yang mempengaruhi asersi dalam siklus pengeluaran sangat tinggi yaitu :
a. Volume transaksi yang selalu tinggi
b. Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otoritas yang dapat terjadi
c. Pembelian asset yang tak perlu
d. Mesalah akuntansi yang berkembang
D Pemahaman Struktur Pengendalian Intern
Pemahaman struktur pengendalian intern kelima komponen, yaitu :
1. Lingkungan pengendalian
2. Penaksiran resiko
3. Informasi dan komunikasi (sistem akuntansi )
4. Pemantauan
5. Aktivitas pengendalian, berkaitan dengan ; review kinerja, pengolahan informasi, dan pemisahan tugas.
Aktivitas pengendalian diperlukan dalam sistem pembelian untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya salah saji tersebut dengan cara antara lain :
1) Fungsi penerimaan barang dalam menghitung, menginspeksi dan membandingkan barangyang diterima dengan data barag yang tercantum dalam surat order pembelian.
2) Fungsi gudang harus mendokumentasikan penerimaan barang dari fungsi penerimaan barang.
3) Setiap transaksi pembelian harus didasarkan oleh dokumen yang terotoritas.
4) Setiap surat order harus didasarkan pada surat permintaan barang.
5) Setiap penerimaan harus didasarkan pada surat order pembelian.
6) Setiap pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus di dukung oleh dokumen pendukung.
7) Pengecekan secara independen posting ke dalam buku pembantu dengan akun kontrol yang bersangkutan ke dalam buku besar.
8) Pertanggungjawaban secara periodik semua formulir bernomor urut tercetak.
Fungsi yang terlibat adalah
1. Permintaan barang atau jasa, permintaan pembelian dilakukan dengan mengisi formulir permintaan pembelian.
2. Penyiapan order pembelian, pembelian melakukan pembelian berdasar permintaan pembelian yang telah diotoritas secara tepat.
3. Penerimaan barang,
4. Penyimpanan barang, dipegang oleh bagian gudang.
5. Penyiapan voucher pembayaran, bagian utang menerima beberapa dokumen dari departemen lainnya.
6. Pencatatan utang,
E Pertimbangan Aktivitas Pengendalian Transaksi- Pengeluaarn Kas
Dokumen dan catatan yang dipakai dalam dokumen ini adalah :
a. Cek, yaitu suatu formulir yang dapat digunakan perusahaan untuk memerintahkan bank membayar sejumlah uang kepada nama yang tercantum.
b. Ringkasan cek, yaitu total jumlah yang telah dikeluarkan dalam jangka tertentu.
c. File transaksi pengeluaran kas,
d. Jurnal pengeluaran kas yaitu untuk merekam pengeluaraan kas melalui cek kepada pemasok atau pihak lain.
Fungsi yang terlibat adalah
a. Fungsi pembayaran utang,
b. Fungsi pencatatan pengeluaran kas.
F Pengujian Substantif Saldo Aktiva Tetap
Rekening aktiva tetap digunakan untuk menampung pencatatan asset perusahaan yang mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun atau satu siklus produksi normal. Rekening nominal yang berkaitan erat dengan aktiva tetap adalah biaya depresiasi. Aktiva tetap merupakan komponen terbesar total asset dalam neraca.
G Penetapan Risiko Deteksi
Resiko bawaan tanah lebih rendah daripada resiko bawaan kendaraan maupun bangunan. Hal ini beralasan sebab adanya kerentanan pengendalian dan kerumitan penghitungan dalam estimasi umur ekonomis kendaraan dan nilai residunya.
Resiko bawaan asersi keberadaan dan keterjadian pada perusahaan dagang, relatif rendah daripaad perusahaan manukfaktur. Hal ini beralasan sebab kemungkinan terjadinya ketiadaan pencatatan atas keausan aktiva tetap yang tidak mempunyai umur ekonomis lagi, adalah lebih besar pada perusahaan pemakturan daripada perusahaan dagang.
H Pertimbangan Program Audit
Auditor dapat merancang program audit untuk mencapai tingkat resiko deteksi yang dapat diterima untuk masing-masing asersi.
Bila tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah untuk suatu asersi, maka dapat lebuh banyak prosedur pengujian substantif yang perlu dilakukan, dan perlu mengidentifikasikan efektivitas prosedur pengujiannya.
BAB IV
PENGAUDITAN SIKLUS JASA PERSONALIA
A Siklus Sifat Jasa Personalia
Transaksi utama siklus ini adalah transaksi gaji dan upah. Transaksi ini mempngaruhi berbagai rekening berikut :
a. Biaya gaji dan upah
b. Berbagai bentuk tunjangan
c. Biaya tenaga kerja langsung
d. Utang gaji dan upah
e. Pajak penghasilan kerja
f. Rekening kas bank
g. Persediaan barang dalam proses
h. Persediaan barang jadi
i. Dan harga barang pokok penjualan
Tujuan auditnya sama dengan pengauditan siklus pengeluaran.
B Materialitas, Resiko, Dan Strategi Audit
Biaya gaji dan upah merupakan biaya operasi terbesar bagi perusahaan dagang dan jasa atau profesi. Bagi perusahaan dagang ada dua komponen yaitu biaya yang besar yaitu harga pokok penjualan, dan biaya gaji dan upah.
Oleh karena biaya gaji dan upah merupakan biaya operasi terbesar, maka rekening biaya gaji dan upah sangat material bagi laporan laba rugi.
Dokumen Dan Catatan
a. Otorisasi personil, memo yang dikeluarkan departemen personalia
b. Clock card atau time card, dokumen yang mengidentifikasi waktu sesorang karyawan.
c. Time ticket, kartu yang digunakan untuk tenaga kerja untuk mencatat waktu kerja,
d. Register gaji dan upah,
e. Cek gaji dan upah,
f. Ringkasan distribusi biaya gaji dan upah tenaga kerja,
g. Catatan personalia, dan lain-lain
Fungsi yang terkait adalah
1. Penerimaan karyawan baru
2. Pengotorisasi pengubah gaji dan upah
3. Pelaksana absensi dan data waktu kerja
4. Pelaksana gaji dan upah
5. Pencatatan gaji dan upah
6. Pembayaran gaji dan upah
7. Penyiapan dan pembayaran pajak penghasilan karyawan.
C Penghimpunan Dan Pendokumentasian Pemahaman
Pemahaman SPI ini dapat diperoleh melalui:
a. Review pendahuluan, auditor mengembangkan pemahaman umum mengenai lingkungan pengendalian perusahaan, alur personel, dan transaksi gaji semua sistem akuntansinya.
b. Dokumen sistem
c. Menganalisa alur transaksi
D Penentuan Resiko Pengendalian
Proses penentuan resiko pengendalian meliputi identifikasi salah saji potensial, pengendalian yang perlu, dan tes pengendalian.
Resiko overstatement meliputi
a) Pembayaran tenaga kerja fiktif
b) Pembayaran tidak fiktif
c) Pembayaran melebihi tariff
E Pengujian Pengendalian
Prosedur pengujian yang dapat diterapkan untuk siklus gaji dan upah dibedakan atas prosedur :
1. Pengujian pengendalian biaya gaji dan upah
2. Pengujian pengendalian pendistribusian cek gaji
F Pengujian Substantif Saldo Utang Gaji Dan Upah
Apabila ternyata resiko deteksi rendah, maka auditor perlu juga melaksanakan beberapa prosedur pengujian sebagai berikut :
1) Rekonsiliasi total jam yang dibayar sesuai catatan gaji dan upah dengan catatan independen jam kerja dalm departemen produksi.
2) Mengusit transaksi yang tercatat dalm jurnal gaji dan upah ke dokumen pendukung.
3) Memeriksa catatan gaji dan upah periode
4) Rekonsiliasi informasi dalam formulir pajak.
Prosedur Analitis
Penerapan prosedur analitis saldo gaji dan upah meliputi :
a. Perbandingan antara saldo biaya gaji dan upah tahun ini dengan tahun sebelumnya
b. Perbandingan biaya gaji dan upah tahun ini dengan jumlah yang dianggarkan dalam anggaran pembelanjaan perusahaan
c. Perbandingan antara saldo utang gaji dan upah yang dibebankan dengan tahun sebelumnya
d. Menghitung rasio total biaya gaji dan upah di bagi denga penjualan bersih. Rasio ini kemudian dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya.
Penghitungan kembali utang gaji dan upah yang dibebankan
a) Prosedur pengujian ini dapat dilakukan dengan menelaah penghitungan yang dilakukan manajemen. Apabila resiko deteksi yang ditetapkan rendah, maka auditing perlu melakukan penghitungan kembali yang diindependen atas utang gaji dan upah yang dibebankan.
b) Verifikasi kompensasi eksekutif, potensi masalah yang ada adalah kemungkinan eksekutif perusahaan mengatur dan mengendalikan kompensasi yang akan diberikan kepada dirinya sendiri.
c) Menganalisis penyajian dan pengungkapan laporan keuangan, auditor harus memahami persyaratan penyajian dan pengungkapan utang gaji dan upah dan biaya gaji dan upah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
BAB 5
PENGAUDITAN SIKLUS PRODUKSI : PERSEDIAAN
1. Sifat Siklus Produksi - Persediaan
Siklus ini secara garis besar mencakup berbagai fungsi dan kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan konversi bahan baku ke barang jadi. Fungsi dan kegiatan tersebut antara lain:
a. Perencanaan produksi,
b. Pengendalian jenis dan jumlah produksi,
c. Pengendalian tingkat persediaan,
d. Berbagai transaksi maupun kejadian yang berhubungan dengan proses produksi seperti pembebanan biaya ke harga pokok produksi
2. Persediaan
Persediaan sangat kompleks dan merupakan bagian yang menyita banyak waktu auditor. Alasan yang mendukung hal ini antara lain:
a. Pada sebagian perusahaan, Persediaan merupakan item utama dalam neraca.
b. Persediaan pada umumnya juga merupakan item utama yang mempengaruhi rekening-rekening yang mempengaruhi laba- rugi.
c. Berbagai jenis persediaan yang ada mengakibatkan auditor sering asing dengan persediaan tersebut, misalnya permata, emas, dan bahan kimia. Hal ini menimbulkan problem observasi dan penilaian perusahaan.
d. Persediaan kadang terletak pada berbagai tempat atau lokasi yang berjauhan. Hal ini menimbulkan problem pengendalian fisik dan perhitungan.
Rekening-rekening yang terkait dengan siklus produksi dan persediaan, antara lain sebagai berikut:
a) Persediaan bahan baku
b) Persediaan bahan pembantu
c) Persediaan barang dalam proses
d) Persediaan barang jadi
e) Biaya tenaga kerja langsung
f) Biaya overhead pabrik
g) Biaya reparasi dan perbaikan
h) Biaya bahan bakar atau listrik
i) Harga pokok produksi
j) Harga pokok penjualan
k) Utang dagang
l) Biaya dibayar dimuka
m) Biaya depresiasi mesin dan peralatan pabrik
n) Biaya deplesi persediaan
o) Akumulasi depresiasi mesin dan peralatan pabrik
p) Akumulasi deplesi persediaan
3. Tujuan Audit Siklus Produksi – Persediaan
Tujuan audit siklus produksi adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus produksi.Tujuan ditentukan berdasar lima kategori asersi yaitu:
a. Asersi Keberadaan atau Keterjadian
b. Dalam asersi ini, auditor menekankan pada apakah harga pokok produksi yang tercatat menggambarkan berbagai biya produksi yang benar-benar terjadi selama periode bersangkutan.
c. Asersi Kelengkapan
d. Assersi ini menekankan pada pakah seluruh biaya produksi yang terjadi dalam suatu periode telah dicatat dan disajikan dalam laporan laba-rugi sebagai harga pokok produksi
e. Asersi Hak dan Kewajiban
f. Dalam asersi ini, auditor berusaha memastikan apakah perusahaan mempunyai hak kepemilikan yang sah atas persediaan baik yang ada dalam perusahaan maupun yang ada dipihak ketiga.
g. Asersi Penilaian dan Pengalokasian
h. Dalam asersi ini, auditor akan berusaha memperoleh bukti apakah saldo harga pokok produksi, berbagai biaya produksi, dan persediaan telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat.
i. Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Adapun mengenai rincian tujuan audit asersi pelaporan dan pengungkapan adalah sebagai berikut:
a) Persediaan digolongkan sebagaimana mestinya dalam neraca sebagai aktiva lancar.
b) Berbagai biaya produksi telah tepat dikelompokkan ke dalam laporan keuangan.
c) Adanya pengungkapan dasar atau metode penilaian persediaan yang memadai dan konsisten.
d) Persediaan yang digadaikan atau diungkapkan ke perusahaan lain telah diungkapkan secara memadai.
4. Materialitas
Transaksi-transaksi dalam siklus produksi dan persediaan ini sering sekali sangat material bagi perusahaan manufaktur. Banyak rekening individual yang berkaitan dengan siklus produksi yang material seperti biaya tenaga kerja langsung, bahan bakar, atau listrik pabrikasi, reparasi dan perbaikan, perlengkapan kerja, dan biaya overhead pebrik lain.
5. Risiko Bawaan – Persediaan
Secara spesifik faktor-faktor yang membuat tingginya resiko bawaan siklus produksi-persediaan yaitu:
a. Volume pembelian, produksi dan transaksi penjualan sangat tinggi sehingga meningkatkan kemungkinan kesalahan.
b. Selalu muncul permasalahan berkaitan dengan identifikasi dan pengukuran biaya-biaya persediaan seperti bahan pembantu, tenaga kerja, overhead pabrik, biaya bersama, disposisi variance biaya, akuntansi untuk barang rusak, dan isu-isu akuntansi biaya.
c. Berbagai jenis persediaan sering menuntut penggunaan prosedur khusus untuk menentukan kuantitas perssediaan.
d. Lokasi penempatan persediaan belum tentu di satu tempat. Perbedaan lokasi ini memperumit pengendalian fisik persediaan terhadap pencurian, kerusakan, dan perlakuan barang yang ada dalam transit antara dua lokasi.
e. Diversitas persediaan membuat masalah untuk penetuan kualitas dan harga pasarnya.
f. Persediaan terpengaruh juga oleh kondisi perekonomian umum terutama berkaitan dengan tren yang mempengaruhi laku tidaknya barang sehingga memerlukan pertimbangan khusus dalam penentuan harga.
6. Strategi Audit - Persediaan
Tingginya risiko bawaan siklus produksi–persediaan menyebabkan banyak perusahaan memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian intern siklus produksi dan persediaan untuk mencegah dan mendeteksi salah saji.
7. Pertimbangan Struktur Pengendalian Intern Siklus Produksi -Persediaan
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan yang berhubungan dengan siklus produksi.
a. Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)
b. Pemantauan
c. Aktivitas Pengendalian
d. Pemisahan Tugas.
e. Perencanaan dan Pengendalian Produksi
f. Pengeluaran Bahan Baku (Material)
g. Pengolahan Barang dalam Produksi
h. Perlindungan Persediaan Pemanufakturan
i. Penetuan dan Pencatatan Biaya atau Harga Pokok Pemanufakturan (Produksi)
j. Penjagaan Ketepatan Saldo Persediaan
8. Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman
Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan atau wawancara, observasi,menelaah dokumen, atau menelaah kembali pengalaman auditor pada audit periode sebelumnya dengan klien tersebut. Dokumentasi pemahaman dapat dilakukan dengan kuesioner, flowchart, atau memo naratif (uraian tertulis).
a. Review Pendahuluan
b. Dokumentasi Sistem
c. Menganalisa Alur Transaksi
9. Penetapan Risiko Pengendalian
Penetapan risiko pengendalian merupakan proses pengevaluasian efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan. Langkag ini dilakukan dengan menelaah pengalaman dengan klien pada tahun-tahun sebelumnya, dan jika perlu dilakukan penelitian terhadap manajemen dan personel produksi, menginspeksi dokumen produksi, dan pengobservasi aktivitas produksi.
10. Pengujian Pengendalian Persediaan
Prosedur Pengujian pengendalian yang dapat diterapkan untuk siklus persediaan dibedakan atas:
a. Pengujian pengendalian catatan perpetual
b. Pengujian pengendalian pembebanan biaya ke barang dalam proses.
11. Pengujian Substantif Saldo Persediaan
Pengujian substantif saldo persediaan diterapkan atas ketiga jenis persediaan, yaitu: persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
12. Penetapan Risiko Deteksi
Penentuan jenis prosedur, luas pengujian, dan penentuan waktu pelaksanan sangat tergantung pada besar kecilnya risiko deteksi. Penetapan besarnya risiko deteksi ini dipengaruhi risiko bawaan dan risiko pengendalian berbagai transaksi yang mempengaruhi saldo persediaan, serta tingkat risiko audit yang dapat diterima.
13. Pertimbangan Program Audit
Ada pun prosedur pengujian substantif yang dapat digunakan dalam pertimbangan program audit antara lain sebagai berikut:
a. Prosedur Inisial
Dalam menelaah saldo awal persediaan, auditor hendaknya menentukan bahwa penyesuaian audit berkaitan dengan catatan periode tahun lalu.
b. Penerapan Prosedur Analisis
Rasio yang dapat dipergunakan dalam prosedur analitis ini, antara lain:
a) Rate of gross profit,
b) Merchandise infentory turnover,
c) Number of sales in inventory,
d) Rasio persediaan per aktiva lancar.
c. Pengujian Detail Transaksi
Pengujian ini meliputi prosedur untuk menelusuri dan mengusut data-data persediaan untuk mendapatkan bukti mengenai pemrosesan transaksi individual yang mempengaruhi saldo persediaan.
d. Observasi Perhitungan Persediaan Klien
Prosedur pengamatan persediaan klien merupakan prosedur auditing yang diterima umum. Prosedur ini sangat menyita banyak waktu dan biaya.
e. Vouching Pembelian Tercatat dengan Dokumen Pendukung.
Dokumen yang digunakan dalam transaksi pembelian meliputi order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok.
f. Mempertimbangkan Bukti dari Tes Pisah Batas Penjualan dan pembelian
g. Pengujian Detil Saldo
Dalam pengujian ini ada beberapa prosedur yang digunakan antara lain:
a) Observasi penghitungan persediaan fisik Klien
b) Waktu dan luas pengujian
c) Perencanan penghitungan persediaan
d) Melakukan pengujian
e) Mengajukan pertanyaan pada manajemen mengenai kepemilikan
f) Menelaah data mengenai kualitas persediaan
h. Pengujian Penetapan Harga Persediaan
Pegujian ini terdiri atas dua langkah yaitu:
a) Menentukan ketepatan dan konsistensi penentuan harga persediaan
b) Membandingkan harga pokok per unit yang digunakan klien ke dokumen pendukungnya.
i. Menelah Penyajian dan Pengungkapan Persediaan dalam laporan Keuangan
Prosedur pengujian ini berkaitan erat dengan asersi penyajian dan pengungkapan. Auditor harus memahami persyaratan penyajian dan pengungkapan persediaan dan harga pokok produksi serta harga pokok penjualan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.
BAB 6
PENGAUDITAN SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN
SIKLUS INVESTASI
a. Sifat Siklus Akuntansi
Sifat siklus akuntansi suatu entitas atau perusahaan berisi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kepemilikan surat berharga yang dikeluarkan perusahaan lain.
b. Pengelolaan, Pencatatan dan Penilaian
Pada umumnya, investasi perusahaan dilakukan oleh pegawai internal ataupun oleh orang/perusahaan eksternal, misalnya perusahaan broker saham (pialang). Jika saham dikelola secara internal, minimal dua orang dipekerjakan untuk menanganinya. Jika surat berharga dikelola oleh perusahaan luar, maka perusahaan pialang tersebut perlu mengirim catatan tiap bulan ke pperusahaan.
c. Akuisisi, Penjualan dan Pendapatan
Semua akuisisi dan penjualan saham harus mendapatkan otorisasi dari dewan direktur dan komite investasi.
a) Rekening yang digunakan dalam pencatatan transaksi investasi adalah :
b) Surat berharga saham
c) Surat berharga obligasi
d) Investasi pada saham
e) Investasi pada obligasi
f) Pendapatan bunga
g) Pendapatan deviden
h) Laba dari investasi (pada metode equity)
i) Laba penjualan investasi
j) Rugi penjualan investasi
1. TUJUAN AUDIT
Tujuan audit siklus investasi adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus investasi. Tujuan audit ditentukan berdasarkan lima asersi laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Asersi Keberadaan dan Keterjadian
Asersi ini menekankan pada apakah seluruh saldo investasi surat berharga dan modal saham benar-benar ada pada tanggal neraca.
b. Asersi Kelengkapan
Asersi ini menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang semestinya tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan.
c. Asersi Hak dan Kewajiban
Pada asersi ini auditor berusaha memastikan apakah perusahaan mempunyai hak kepemilikan yang sah atas saldo modal saham, investasi surat berharga.
d. Asersi Penilaian dan Pengalokasian
Auditor akan berusaha memperoleh bukti mengenai apakah saldo investasi surat berharga telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat.
e. Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Pada asersi ini auditor perlu menghimpun bukti mengenai apakah transaksi dan saldo yg tercatat telah tepat diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan dalam neraca.
2. MATERIALITAS, RESIKO DAN STRATEGI AUDIT
Surat berharga sebagai investasi jangka pendek mungkin material untuk kemampuan membayar (solvabilitas) jangka pendek tetapi pendapatan atas investasi itu jarang signifikan dengan hasil operasi perusahaan.
Resiko adalah salah saji pada transaksi penanaman investasi pada umumnya rendah karena transaksi ini merupakan transaksi yang terjadi.
Strategi audit tertantung frekuensi transaksi penanaman investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3. PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN
a. Lingkungan Pengendalian
Titik tolak pemahaman SPI siklus investasi adalah pemahaman lingkup pengendalian atas siklus investasi. Lingkungan pengendalian sangat penting mewujudkan SPI siklus investasi yang baik.
b. Penaksiran Resiko
Penaksiran resiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan pengidentifikasian, analisis, dan pengelolaan resiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
c. Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)
Penerapan sistem akuntansi sangat mendasar. Perusahaan biasanya memakai buku pembantu investasi yang terpisah untuk setiap jenis surat berharga. Dalam kaitannya dengan informasi dan komunikasi ini dalam siklus investasi, sistem informasi mencangkup metode dan catatan yang digunakan untuk :
a) Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi dalam siklus investasi secara sah.
b) Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi dalam siklus investasi yang cukup rinci dan memungkinkan adanya penggolongan masing-masing transaksi itu untuk pelaporan keuangan.
c) Mengukur nilai transaksi dari siklus investasi dengan tepat.
d) Menyajikan transaksi dari siklus investasi dengan semestinya dan pengungkapan yang berkaitan dlam laporan keuangan.
d. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas transaksi dalam siklus investasi dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan:
a) Review kinerja
b) Pengolahan informasi
c) Pengendalian fisik
d) Pemisahan tugas
e. Dokumen dan Catatan
Dokumen dan pencatatan yang dipakai meliputi:
a) Sertifikat saham
b) Sertifikat obligasi
c) Bond indenture
d) Broker’s advice
e) Buku jurnal
f) Buku pembantu
f. Fungsi
Fungsi yang terkait meliputi:
a) Pembelian surat berharga
b) Penerimaan pendapatan periodik
c) Penjualan surat berharga
d) Pencatatan transaksi
e) Pengamanan atau penyimpanan surat berharga
f) Penjaga ketepatan buku pembantu investasi
4. PENGHIMPUNAN DAN PENDOKUMENTASIAN PEMAHAMAN
Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan atau wawancara, menelaah dokumen, atau menelaah kembali pengalaman audior pada audit periode sebelumnya dengan klien tersebut.
5. PENETAPAN RESIKO PENGENDALIAN
Penetapan resiko pengendalian merupakan proses pengevaluasian efektivitas kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern dlam mencegah dan mendeteksi salah saji meterial dalam laporan keuangan.
6. PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO INVESTASI
Dalam rangka untuk merancang pengujian substantif, akuntan pertama kali harus menentukan tingkat resiko deteksi yang diterima untuk masing-masing asersi terkait signifikan.
7. PERTIMBANGAN PROGRAM AUDIT
a. Prosedur Inisial
b. Penerapan Prosedur Analitis
c. Pengujian Detail Saldo
a) Vouching Perjurnalan dalam Akun Investasi
b) Konfirmasi Surat Berharga yang Dipegang atau Dikelola Pihak Lain
d. Uji Cut off
a) Inspeksi dan Penghitungan Surat Berharga di Tangan
b) Menghitung Kembali Pendapatan yang Diperoleh
c) Menelaah Dokumentasi mengenai Nilai Pasar Surat Berharga
d) Membandingkan Penyajian Laporan Keuangan dengan Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum
SIKLUS PENDANAAN
a. Sifat Siklus Pendanaan
Siklus pendanaan hampir mirip dengan siklus investasi. Perbedaannya adalah dalam siklus investasi perusahaan membeli saham atau obligasi perusahaan lain, maka dalam siklus pendanaan perusahaan mengeluarkan surat berharga saham atau obligasi (utang jangka panjang).
Siklus ini meliputi:
a) Transaksi utang jangka panjang
b) Transaksi saham
Rekening yang terkait adalah sebagai berikut:
a) Utang obligasi
b) Utang wesel
c) Utang ayau kewajiban jangka panjang lainnya
d) Premium (diskonto) obligasi
e) Utang bunga
f) Biaya bunga
g) Laba / rugi penghentian obligasi
h) Saham biasa / preferen
i) Laba ditahan
j) Deviden
k) Utang Deviden
1. TUJUAN AUDIT
Tujuan audit siklus ini adalah sebagai berikut:
a. Asersi Keberadaan dan Keterjadian
a) Saldo utang jangka panjang dan ekuiti pemegang saham tercatat benar-benar ada pada tanggal neraca,
b) Biaya bunga obligasi dan deviden yang tercatat benar-benar merupakan hasil transaksi yang terjadi selama suatu periode.
b. Asersi kelengkapan
a) Saldo utang jangka panjang merupakan seluruh jumlah yang harus dibayar pada kreditur jangka panjang pada tanggal neraca.
b) Saldo saham meliputi keseluruhan jumlah nilai klaim pemilik saham atas aset pada tanggal neraca.
c) Seluruh transaksi saham dan obligasi maupun utang jangka panjang lainnya, sudah tercatat semua.
c. Asersi hak dan kewajiban
a) Saldo utang jangka panjang tercatat merupakan jumlah yang secara legal menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal neraca.
b) Saldo saham menggambarkan klaim legal pemegang saham atas aset perusahaan pada tanggal neraca
d. Asersi Penilaian dan Pengalokasian
a) Saldo utang jangka panjang dinilai secara tepat sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum.
b) Saldo saham saham dinilai secara tepat sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum.
e. Asersi Penyajian dan Pengungkapan
Saldo utang jangka panjang dan ekuiti pemegang saham tepat diidentifikasi dan diklasiklasifikasikan dalam laporan keuangan.
Semua jangka waktu, komitmen dan provisi penghentian utang jangka panjang diungkapkan.
Semua fakta mengenai pengeluaran saham seperti nilai pari, lembar, dan bagian treasury stock diungkapkan.
Semua fakta mengenai deviden telah diungkapkan termasuk adanya stock option, deviden saham, stock splitdan sebagainya.
2. MATERIALITAS, RESIKO DAN STRATEGI AUDIT
Pengeluaran surat berharga obligasi maupun penjualan saham perusahaan pada umumnya dilakukan dlam jumlah nilai rupiah yang besar.
Resiko adalah salah saji pada transaksi penanaman investasi pada umumnya rendah karena transaksi ini merupakan transaksi yang terjadi.
Strategi audit tergantung frekuensi transaksi pendanaan. Bila frekuensinya rendah, auditor akan menghemat biaya bila memakai primarily subtantive approach atau pendekatan pengutamaan pengujian subtantif.
3. PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN
a. Lingkungan Pengendalian
Titik tolak pemahaman SPI siklus investasi adalah pemahaman lingkup pengendalian atas siklus investasi. Lingkungan pengendalian sangat penting mewujudkan SPI siklus investasi yang baik.
Pemahaman dapat diperoleh melalui:
a) Pengajuan pertanyaan
b) Mempelajari bagan organisasi
c) Menelaah deskripsi tugas
b. Penaksiran Resiko
Penaksiran resiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan pengidentifikasian, analisis, dan pengelolaan resiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
c. Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)
Penerapan sistem akuntansi sangat mendasar. Perusahaan biasanya memakai buku pembantu investasi yang terpisah untuk setiap jenis surat berharga. Dalam kaitannya dengan informasi dan komunikasi ini dalam siklus investasi, sistem informasi mencangkup metode dan catatan yang digunakan untuk :
a) Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi dalam siklus investasi secara sah.
b) Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi dalam siklus investasi yang cukup rinci dan memungkinkan adanya penggolongan masing-masing transaksi itu untuk pelaporan keuangan.
c) Mengukur nilai transaksi dari siklus investasi dengan tepat.
d) Menyajikan transaksi dari siklus investasi dengan semestinya dan pengungkapan yang berkaitan dlam laporan keuangan.
d. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas transaksi dalam siklus investasi dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan:
a) Review kinerja
b) Pengolahan informasi
c) Pengendalian fisik
d) Pemisahan tugas
e) Dokumen dan Catatan
e. Dokumen dan pencatatan yang dipakai meliputi:
a) Sertifikat saham
b) Sertifikat obligasi
c) Bond indenture
d) Broker’s advice
e) Buku jurnal
f) Buku pembantu
f. Fungsi
Ada lima fungsi yang terlibat dalam siklus pendanaan yaitu:
a) Pengeluaran obligasi atau saham
b) Pembayaran bunga obligasi
c) Penarikan kembali obligasi dalam saham
d) Pencatatan berbagai transaksi pendanaan
e) Penjaga ketepatan saldo dalam buku besar pemegang obligasi, dan pemegang saham
4. PENGHIMPUNAN DAN PENDOKUMENTASIAN PEMAHAMAN
Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan atau wawancara, menelaah dokumen, atau menelaah kembali pengalaman audior pada audit periode sebelumnya dengan klien tersebut.
5. PENETAPAN RESIKO PENGENDALIAN
Penetapan resiko pengendalian merupakan proses pengevaluasian efektivitas kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern dalam mencegah dan mendeteksi salah saji meterial dalam laporan keuangan.
6. PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO UTANG JANGKA PANJANG
Akuntan petama kali harus menentukan tingkat resiko deteksi yang diterima masing-masing asersi terkait signifikan.
7. PERTIMBANGAN PROGRAM AUDIT
a. Prosedur Inisial
b. Prosedur Analitis
c. Pengujian Detail Saldo
a) Konfirmasi utang
b) Menelaah otorisasi dan kontrak
c) Vouchingpenjurnalan rekening utang jangka panjang
d) Menghitung kembali biaya bunga
e) Menelaah penyajian utang jangka panjang dan biaya bunga dalam laporan keuangan
8. PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO MODAL SAHAM
Akuntan petama kali harus menentukan tingkat resiko deteksi yang diterima masing-masing asersi terkait signifikan.
9. PERTIMBANGAN PROGRAM AUDIT
Auditor dapat merancang program audit untuk mencapai tingkat resiko deteksi yang dapat diterima untuk masing-masing asersi.
a. Prosedur Inisial
b. Penerapan Prosedur Analitis
a) Earning per share,yaitu laba bersih dibagi jumlah tertimbangan saham yang beredar
b) Divident pay out ratio,yaitu deviden kas dibagi dengan laba bersih
c. Pengujian Detail Transaksi
a) Vouchingpenjurnalan ke laba ditahan
d. Pengujian Detail Saldo
Menelaah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan klien
Menelaah otorisasi dan termin saham dikeluarkan
Konfirmasi saham beredar dengan register dan agen transfer
Inspeksi buku sertifikat saham
Inspeksi sertifikat saham setinggi treasury stock
Vouching penjurnalan ke rekening modal saham
e. Pembandingan Penyajian dengan Prinsip Akuntansi yang Berteima Umum
Pengungkapan yang diperlukan antara lain:
a) Rencana stock option
b) Rencana pembagian deviden
BAB 7
PENGAUDITAN SALDO KAS
SIFAT SIKLUS KAS
Saldo kas dihasilkan dari pengaruh kumulatif kelim siklus transaksi yang telah di bahas sebelumnya.
dari kelima siklus tersebut adalah :
1. Siklus pendapatan
2. Siklus pengeluaran
3. Siklus pendanaan
4. Siklus investasi
5. Siklus jasa personalia
Saldo kas adalah cash on hand ( kas ditangan atau disimpan dalam perusahaan ), kas di bank, dan dana tertentu yang disisikan seperti dana kas kecil.
TUJUAN AUDIT
Tujuan audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing – masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan audit ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh manajemen.
Asersi keberadaan dan keterjadian
· Saldo kas tercatat benar – benar ada pada tanggal neraca
Asersi kelengkapan
· Saldo kas tercatat meliputi pengaruh semua transaksi kas yang telah terjadi
· Transfer kas antar bank pada akhir tahun, telah dicatat pada periode yang tepat
Asersi hak dan kewajiban
· Klien mempunyai hak legal atas seluruh saldo kas yang tampak pada tanggal neraca
Asersi penilaian dan pengalokasian
· Saldo kas tercatat dapat direalisasi pada jumlah yang dinyatakan dalam neraca, dan sesuai dengan skedul pedukungnya.
Asersi pelaporan dan pengungkapan
· Saldo kas telah diidentifikasi dan dikelompokan dengan tepat dalam neraca.
· Identifikasi dan pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan dengan adanya pembatasan penggunaan kas tertentu
· Kewajiban kontijensi ( belum pasti ), compensating balances, dan lines of credit dengan bank telah diungkapkan secara memadai.
Keterangan :
Compensating balance adalah saldo minimum yang harus disisihkan atau disimpan dibank apabila perusahaan meminjam uang dari bank tersebut.
lines of credit adalah berbagai ketentuan yang harus dijalankan, misalnya harus adanya penyisihan dana untuk compensating.
MATERIALITAS, RISIKO DAN STRATEGI AUDIT
Tingginya volume transaksi menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus kas. Ada beberapa faktor penyebab tingginya risiko bawaan siklus kas, antara lain:
1. Tingginya potensi salah saji akibat volume transaksi yang tinggi
2. Sifat kas ( paling likuid dan sangat diminati )
3. Kesempatan menipulasi dalam bentuk kitting maupun window dressing
Tingginya risiko bawaan siklus bawaan siklus ini menyebabkan banyak perusahaan memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian intern siklus kas untuk mencegah dan mendeteksi salah saji.
PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN
Pemahaman struktur pengendalian intern siklus kas adalah pertimbangan lingkungan pengendalian, informasi dan komunikasi ( sistem akuntansi ), penaksiran risiko pemantauan dan aktivitas pengendalian.
Lingkungan Pengendalian
Titik tolak pemahaman struktur pengendalian intern siklus kas adalah pemahaman lingkungan pengendalian atas kas. Pemahaman dapat diperoleh melalui :
1. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen
2. Mempelajari bagan organisasi
3. Menelaah deskripsi tugas
Pemegang kas dan pengelola kas dibank harus memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai untuk mengelola kas.
Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan pengidentifikasian, analisis, dan pengelolaan risiko yang relavan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum diindonesia.
karena kas merupakan aktiva yang paling likuid, maka manajemen perusahaan harus benar – benar mempertimbangkan fungsi – fungsi yang terlibat dalam siklus kas.
Informasi dan komunikasi ( Sistem Akuntansi )
Akuntansi harus memahami kompetensi personil akuntansi dan bagian EDP yang bertanggung jawab atas pengolahan transaksi kas. Jadi kaitan nya dengan informasi dan komunikasi ini dalam siklus kas, sistem informasi mencakup metode dan catatan yang digunakan untuk :
a. Mengidentifikasi dan mencatatan semua transaksi yang terkait dengan sikklus kas secara kas.
b. Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi dalam siklus kas secara cukup rinci dan memungkinkan adanya penggolongan masing – masing transaksi itu untuk pelaporan keuangan.
c. Mengukur nilai transaksi dari siklus kas dengan tepat
d. Menyajikan transaksi dari siklus kas dengan semestinya dan pengungkapan yang berkaitan dalam laporan keuangan.
Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian yang relavan dengan audit atas transaksi dalam sikls kas dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan:
1. Reviewkinerja
2. Pengolahan informasi
3. Pengendalian fisik
4. Pemisahan tugas
Dokumen dan Catatan
Dokumen dan pencatatan yang dipakai meliputi:
1. Bukti kas masuk
2. Surat pemberitahuan
3. Daftar surat pemberitahuan
4. Bukti setor
5. Bukti kas keluar
6. Permintaan pengeluaran kas kecil
7. Bukti pengeluaran kas kecil
8. Permintaan pengisian kembali kas kecil
Fungsi
Fungsi yang terkait adalah :
1. Fungsi Pencatat Piutang
2. Fungsi Penerimaan Surat
3. Fungsi Penyimpan Kas
4. Fungsi pembuat Bukti Kas Keluar
5. Fungsi Penyimpan Dana Kas Kecil
6. Fungsi Akuntansi Biaya
7. Fungsi Akuntansi Keuangan
8. Fungsi Pemeriksa Intern
Bagian Piutang
Dalam sistem penerimaan kas bagian piutang berfungsi sebagai pencatat berkurangnya piutang dengan diterimanya pelunasan piutang dari debitur.
Bagian Sekretariat
Dalam sistem penerimaan kas, Bagian Sekretariat berfungsi sebagai penerima surat dan debitur yang berisi surat pemberitahuan dan cek. Jika penerimaan kas dari debitur berupa transfer uang lewat bank, Bagian Sekretariat ini menerima memo kredit dan bank tentang penambahan rekening giro perusahaan akibat transfer dana dari debitur.
Bagian Kasa
Dalam transaksi pengeluaran kas, Bagian Kasa berfungsi mengisi cek, meminta otorisasi dan mengirimkan cek kepada kreditur via pos atau membayarkan langsung kepada kreditur.
Bagian Utang
Dalam sistem pengeluaran kas, bagian utang berfungsi membuat bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada bagian kasa untuk mengeluarkan cek sebesar yang tercantum didalam dokumen tersebut. Dalam metode pencatatan utang tertentu, bagian utang berfungsi menyelenggarakan arsip bukti kas keluar yang belum dibayar yang berfungsi sebagai catatan utang perusahaan.
Pemegang Dana Kas Kecil
Bagian ini berfungsi menyimpan dana kas kecil, mengeluarkan dana kas kecil sesuai dengan otorisasi dari pejabat tertentu yang ditunjuk dan memintakan pengisian kembali dana kas kecil.
Bagian Kartu Persediaan dan Kartu Biaya
Bagian ini berfungsi mencatat pengeluaran kas yang menyangkut biaya dan persediaan.
Bagian Jurnal Buku Besar dan Laporan
Bagian ini berfungsi mencatat transaksi penerimaan kas didalam jurnal penerimaan kas dan transaksi pengeluaran kas didalam jurnal pengeluaran kas atau register cek.
Bagian Pemeriksa Intern
Didalam sistem kas, Bagian Pemeriksa intern berfungsi melakukan perhitungan kas secara periodik dan mencocokkan hasil perhitungannya dengan catatan kas.
PENGUJIAN PENGENDALIAN SIKLUS KAS
Ambil sampel bukti kas masuk
Untuk memperoleh keyakinan mengenai adanya unsur pengendalian intern dalam penerimaan kas, akuntan mengambil sampel bukti kas masuk yang disimpan didalam arsip dijurnal, buku besar dan laporan, Bukti kas masuk diperiksa:
1. Otorisasi yang tercantum didalamnya
2. Surat pemberitahuan dari debitur yang melampirinya.
3. Jumlah kas yang diterima menurut bukti kas masuk dengan daftar surat pemberitahuan dan bukti setor bank yang bersangkutan.
4. Pencatatannya kedalam kartu piutang dan jurnal penerimaan kas.
Ambil sempel bukti kas keluar yang telah dibayar
Prosedur pemeruksaan ini telah dilaksanakan oleh akuntan pada pengujian kepatuhan terhadap siklus pembelian. Bukti kas keluar diperiksa mengenai :
1. Otorisasi yang tercantum didalamnya
2. Nomor urut tercetaknya dan pertanggung jawaban pemakaian nomor urut tersebut
3. Kelengkapan dokumen pendukungnya
4. Otorisasi yang tercantum didalam dokumen pendukungnya
5. Cap lunas yang dibubuhi pada dokumen pendukungnya
6. Pencatatannya kedalam register cek
7. Pencatatanya kedalam buku pembantu yang bersangkutan
8. Kesesuaiannya dengan jumlah cek yang tercantum didalam rekening koran
Ambil berita secara penghitungan kas
Pratik yang sehat mengharuskan dilakukannya penghitungan secara periodik kas yang ada ditangan dan pencocokan jumlah kas hasil penghitungan tersebut dalam catatan akuntansi kas.
PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO KAS
Pengujian yang dilakukan pada atau dekat dengan tanggal neraca antara lain:
1. Penghitungan kas ditangan
2. Pisah batas penerimaan kas
3. Pisah batas pengeluaran kas
Prosedur Inisial
Prosedur pengujian ini merupakan titik awal pengujian substantif siklus kas.
Penerapan Prosedur Analitis
saldo kas dipengaruhi secara signifikan oleh manajemen melalui strategi dan keputusan pembiayaan perusahaan.
Pengujian Detail Transaksi
Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Kas
Pengujian pisah batas penerimaan kas telah dibahas dalam pembahasan siklus pendapatan.sedangkan pengujian pisah batas pengeluaran kas telah dibahas dalam pembahasan siklus pengeluaran.
Melakukan Pengujian Pisah Batas Penerimaan Kas
Pengujian ini dirancang untuk memastikan penerimaan kas dicatat dalam periode diterimanya kas tersebut. Misalnya cek yang tidak dicantum dalam daftar cek beredar pada akhir tahun, ternyata dicairkan dibank. Dan ada beberapa penyebab yang mungkin, yaitu :
a. Keterlambatan pengiriman atau penyampaian cek
b. Penyimpanan cek oleh pihak yang menerima cek
c. Sedang diproses oleh bank
Mengusut Transfer Bank
Perusahaan melakukan kitting dengan 2 alternatif alasannya, yaitu :
a. Karyawan yang bertugas mengelola cek melakukan pencurian uang atau korupsi, dan ia melakukan kitting untuk menyembunyikan adanya korupsi.
b. Manajemen perusahaan igin agar akun kas dalam neraca overstatedsehingga posisi keuangan perusahaan tampak baik.
Menyiapkan Proof of Cash ( Pembuktian Kas )
Proof of Cash mempunyai sedikit perbedaan dengan rekonsiliasi bank. Proof of Cash merupakan rekonsiliasi simultan atas berbagai transaksi dan saldo bank dengan data akuntansi yang terkait untuk suatu periode tertentu. Misalnya satu bulan.
Pembuktian kas merupakan rekonsiliasi secara simultan transaksi bank dan saldo yang berkaitan dengan data – data pembukuan selama waktu tertentu. Langkah – langkah dalam pengujian pembuktian kas adalah sebagai berikut :
a. Mendapatkan data – data dari bank
b. Mendapatkan data saldo awal dan saldo akhir data – data yang ada didalam rekonsiliasi
c. Menentukan data rekonsiliasi.
Pengujian Detail Saldo
Penghitungan kas yang disimpan dalam perusahaan
Penghitungan ini memungkinkan auditor untuk mengetahui keberadaan kas tersebut. Dalam melaksanakan prosedur ini, auditor harus :
a. Mengendalikan seluruh kas yang dimiliki atau disimpan perusahaan klien , sampai seluruh penghitungan selesai dilaksanakan
b. Auditor harus memastikan bahwa fungsi penyimpanan kas tidak turut campur dalam penghitungan kas.
c. Auditor harus meminta tanda tangan dari fungsi penyimpanan kas sebagai bukti bahwa seluruh kas telah dikembalikan pada perusahaan
d. Auditor harus memastikan bahwa seluruh cek yang belum dicairkan oleh perusahaan
e. Apabila perusahaan memiliki beberapa tempat penyimpanan uang atau kas dalam perusahaan, beberapa auditor sebaiknya diterjunkan untuk melaksanakan perhitungan pada waktu yang bersamaan diberbagai tempat tersedia.
Konfirmasi Saldo Deposit dan Saldo Pinjaman di Bank
Konfirmasi dikirim kesemua bank meski saldo deposit klien dibank tersebut adalah nol. Hal ini dilakukan meskipun rekening dibank tersebut bersaldo nol menurut catatan perusahaan. Prosedur pengujian ini berkaitan erat dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, serta asersi penilaian atau pengalokasian.
Compensating balance adalah saldo minimum yang harus disisihkan atau disimpan dibank apabila perusahaan meminjam uang dari bank tersebut. Contoh kewajiban kontinjensi adalah perusahaan klien menjamin pinjaman yang diberikan bank kepada pihak atau perusahaan lain.
Melakukan Scanning,Menelaah, atau Membuat Rekonsiliasi Bank
Prosedur ini dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Membandingkan saldo akhir rekening bank dengan saldo yang ada dalam laporan bank
b. Memverifikasi validitas deposit in transit dan check yang masih beredar
c. Melakukan verifikasi matematis untuk menguji keakuratan rekonsiliasi
d. Menelusuri data – data yang ada didalam rekonsiliasi
e. Menyelidiki data – data cek beredar yang lama tidak dicairkan dan data – data yang nampak tidak biasa.
Menghimpun dan Menggunakan Laporan Pisah Batas Bank
Laporan tersebut biasanya dilampiri dengan cancelled check , duplikat slip deposit, dan dokumen lain yang dapat menjelaskan transaksi dan saldo yang dinyatakan dalam laporan pisah batas bank. Pengujian ini berkaitan erat dengan siklus keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban dan penilaian atau pengalokasian
Membandingkan Penyajian Laporan keuangan dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum
Prosedur ini dilakukan untuk memastikan bahwa :
a. Kas dibank telah diidentifikasi dan dikelompokan secara tepat dalam neraca sebagai aset lancar.
b. Dana kas yang disisihkan untuk melunasi utang obligasi ( bond sinking fund ) telah diidentifikasi dan dikelompokan scara tepat dalam neraca sebagai investasi jangka
c. Identifikasi dan pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan dengan adanya kewajiban kontinjensi ( belum pasti ), compensating balances, dan lines of credit dengan bank.
Pengujian ini berkaitan dengan asersei pelaporan dan pengungkapan. Auditor dapat menentukan ketepatan penyajian dengan cara :
a. Penelaahan atas draft laporan keuangan klien
b. Bukti yang dihimpun dari pengujian substantif sebelumnya
c. Penelaahan atas notulen rapat pertemuan dewan komisaris
d. Mengajukan pertanyaan pada manajemen untuk membuktikan adanya pembatasan dana kas.
Pengujian ini berkaitan erat dengan siklus penyajian dan pengungkapan.
PENGUJIAN UNTUK MENDETEKSI LAPPING
Pengujian untuk mendeteksi lapping hanya perlu dilakukan apabila risiko pengendalian transaksi penerimaan kas adalah tinggi. Prosedur yang dapat dilakukan untuk mendeteksi lapping antara lain :
a. Konfirmasi piutang dagang
b. Melakukan perhitungan kas secara mendadak
c. Membandingkan detail penjurnalan penerimaan kas dengan detail slip deposit ( setoran kebank ) harian yang terkait.
PENGAUDITAN DANA KAS KECIL
Pengendalian yang dapat diterapkan untuk dana kas kecil, antara lain :
a. Dana dijaga dan dikelola pada tingkat jumlah yang tetap
b. Dana kas kecil hanya dipegang oleh satu orang
c. Kas dana tersebut dikunci dan disimpan dalam kotak yang aman meski tidak terpakai
d. Pengeluaran kas hanya diijinkan untuk jumlah yang relatif kecil
e. Adanya nota atau dokumen bernomor urut tercetak yang harus mendukung setiap pembayaran
f. Dana kas kecil tidak dicampur penggunaan dan penyimpanan dengan dana untuk kegiatan lainnya
g. Penggantian atau pengisian kembali dana harus berdasarkan receipts (kuitansi) yang bernomor urut tercetak, dan menelaah dokumen pendukungnya
h. Apabila telah dibayarkan, setiap dokumen pendukung harus distempel (dicap) lunas (paid) untuk mencegah pemakaian kembali dokumen tersebut agar memperoleh penggantin kembali
Pengujian pengendalian meliputi :
a. Penelaahan terhadap dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas kecil.
b. Penggunaan dokumen bernomor urut tercetak
c. Penentuan bahwa cek yang diberikan untuk mengisi kembali dana kas kecil adalah tepat jumlahnya sesuai dengan dana kas kecil yang terpakai
PENGAUDITAN REKENING DIBANK YANG KHUSUS DIPAKAI UNTUK MEMBAYAR GAJI DAN UPAH
Pembayaran gaji dan upah dapat dilakukan dengan cek yang dibebankan atas rekening tersebut.Sedangkan Rekening tersebut harus terpisah dengan rekening lain perusahaan yang ada dibank.
Pertimbangan Pengendalian Intern
Pengendalian intern atas rekening tersebut meliputi :
a. Hanya seorang karyawan sebagai petugas pembayaran atau asisten bendahara mempunyai otorisasi
b. Rekening tersebut khusus digunakan hanya untuk kegiatan pembayaran gaji dan upah
c. Rekening gaji dan upah dibank harus direkonsiliasi setiap bulan secara independen.
d. Saldo rekening dijaga dan dikelola pada tingkat jumlah yang tetap.
Pengujian Substantif
Pengujian Substantif meliputi :
a. Konfirmasi saldo rekening dibank
b. Menelaah rekonsiliasi yang dilakukan klien
c. Penggunaan laporan pisah batas bank
BAB 8
TAHAP PENYELESAIAN AUDIT
Prosedur – prosedur yang diterapkan pada tahap penyelesaian audit mempunyai beberapa karakteristik khusus, yaitu :
a. Prosedur – prosedur tersebut tidak mengacu kesiklus transaksi maupun saldo rekening tertentu
b. Prosedur – prosedur tersebut dilaksanakan setelah tanggal neraca
c. Prosedur – prosedur tersebut sangat memerlukan pertimbangan subyektif auditor
d. Prosedur – prosedur tersebut biasanya dilaksanakan oleh manajer audit atau akuntan senior yang berpengalaman.
PENYELESAIAN PEKERJAAN LAPANGAN
Ada lima prosedur yang dapat dilakukan oleh auditor, yaitu :
a. Melakukan penelaahan peristiwa kemudian ( subsequent event review )
b. Membaca notulen rapat
c. Mengajukan pertanyaan atau melakukan konfirmasi dengan penasihat hukum klien
d. Menghimpun surat representasi klien
e. Melaksanakan prosedur analitis komprehensif
MELAKUKAN PENELAAHAN PERISTIWA KEMUDIAN
( SUBSEQUENT EVENT REVIEW )
Periode peristiwa kemudian adalah periode yang dihitung sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan ( tanggal laporan audit ).
Jenis Peristiwa Kemudian
Ada dua jenis peristiwa kemudian, yaitu:
a. Tipe peristiwa kemudian I
b. Tipe peristiwa kemudian II
Tipe peristiwa kemudian I meliputi peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan. Contohnya : peristiwa yang dikelompokkan kedalam tipe pertama, yang memerlukan penyesuaian dan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah :
a. Kerugian akibat piutang tak tertagih yang disebabkan adanya pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju kepailitan sesudah tanggal neraca, merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal neraca
b. Penyelesaian tuntunan hukum baik yang dilakukan klien maupun yang ditujukan pada klien, yang jumlahnya berbeda dengan jumlah utang atau piutang yang dicatat, membutuhkan penyesuaian laporan keuangan jika peristiwa yang menimbulkan tuntunan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca
c. Penghentian operasi perusahaan cabang dengan rugi terestimasi yang diakibatkan oleh kondisi yang ada sebelum tanggal neraca
Tipe peristiwa kemudian II meliputi peristiwa – peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca yang dilaporkan, tetapi kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca. Contoh peristiwa yang dikelompokan kedalam tipe kedua, yang tidak memerlukan penyesuaian, tetapi memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan, adalah :
a. Penjualan obligasi maupun penerbitan saham baru
b. Akuisisi pada perusahaan lain
c. Kerugian aktiva tetap yang disebabkan kebakaran yang terjadi setelah tanggal neraca
d. Business combination misalnya perusahaan klien akan merger dengan sebuah perusahaan lain
e. Perubahan struktur modal
f. Pengumuman dividen saham ataupun dividen kas yang lain dari biasanya
Prosedur audit yang dapat dilakukan auditor berkaitan dengan peristiwa kemudian, antara lain :
a. Membaca dan menganalisis laporan keuangan interim terbaru setelah tanggal neraca serta membandingkannya dengan laporan keuangan tahunan
b. Mengajukan pertanyaan kepada manajer atau eksekutif perusahaan mengenai apakah laporan keuangan interim telah disajikan dengan dasar yang sama dengan penyusunan laporan keuangan tahunan
c. Mengajukan pertanyaan kepada pejabat atau eksekutif yang bertanggung jawab tasa masalah keuangan dan akuntansi.
d. Membaca notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya
e. Mengajukan pertanyaan kepada konsultan hukum klien mengenai adanya tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengendalian
f. Mendapatkan surat representasi dari manajer yang berwenang mengenai peristiwa kemudian yang perlu penyesuaian dan pengungkapan, yang bertanggal sama dengan tanggal laporan audit.
g. Mengajukan pertanyaan tambahan
h. Melaksanakan beberapa prosedur yang dipertimbangkan perlu dan semestinya dilakukan
Auditor dapat mengeluarkan laporan audit sebagai berikut ( tertangantung materialitas peristiwa kemudian ) :
a. Pendapat tidak wajar apabila peristiwa kemudian sangat material
b. Pendapat menolak memberikan pendapat
MENELAAH NOTULEN RAPAT
Notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya ( komite keuangan dan komite audit ), dapat berisi hal – hal yang secara signifikan berkaitan erat dengan audit yang dilaksanakan, misalnya :
a. Otorisasi pengeluaran obligasi
b. Otorisasi pengeluaran saham baru
c. Otorisasi pembelian kembali saham sendiri
d. Otorisasi pembayaran dividen
e. Otorisasi penghentian jenis produk tertentu
kelima hal tersebut diatas berpengaruh pada asersi – asersi manajemen dalam laporan keuangan. Informasi yang diperoleh dari penelaahan tersebut dapat menyebabkan auditor :
a. Melakukan pengujian substantif tambahan
b. Meminta klien mengungkapkan peristiwa kemudian dalam laporan keuangan
MENGAJUKAN PERTANYAAN ATAU KONFIRMASI KEPADA PENASIHAT HUKUM KLIEN
Kontinjensi adalah keadaan, situasi, atau kondisi yang meliputi ketidak pastian yang mungkin melibatkan keuntungan atau kerugian dimasa datang perlakuan akuntansi terhadap kontinjensi kerugian dapat berupa :
a. Dicatat sebagai contingent liability ( kewajiban bersyarat )
b. Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
c. Tidak dicatat
Kontinjensi dapat timbul karena :
a. Ketidakpastian jumlah pajak terhutang
b. Pemberian generasi produk
c. Adanya tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan
Auditor harus menghimpun bahan bukti mengenai :
a. Keberadaan keadaan, situasi, atau kondisi yang meliputi ketidakpastian yang mungkin mengakibatkan kerugian pada perusahaan sebagai akibat adanya tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.
b. Periode atau waktu terjadinya kejadian yang menyebabkan tindakan hukum tersebut
c. Tingkat kemungkinan hasil yang tidak menguntungkan
d. Jumlah kerugian potensial
Prosedur yang dapat dilaksanakan auditor untuk itu adalah :
a. Mengajukan Pertnyaan kepada dan diskusi dengan manajemen
b. Membaca notulen rapat dewan komisaris
c. Menelaah perjanjian kontrak atau pinjaman
d. Konfirmasi dengan bank mengenai ada nya jaminan ( agunan ) pinjaman
e. Auditor meminta manajemen perusahaan
MENGHIMPUN SURAT REPRESENTASI KLIEN
Auditor mengendalikan representasi klien untuk :
a. Mengkonfirmasikan pernyataan lisan yang disampaikan pada auditor
b. Mendokumentasikan ketepatan representasi yang kontinu
c. Menurunkan kesalahpahaman mengenai representasi manajemen
Representasi klien melengkapi dan mendukung prosedur audit lainnya. Isi representasi klien meliputi :
a. Pengakuan manajemen mengenai tanggungjawabnya untuk laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berterima umum
b. Tersedianya catatan keuangan dan data yang berkaitan
c. Kelengkapan dan tersedianya semua notulen rapat
d. Tidak terdapat kesalahan dalam laporan keuangan dan transaksi yang tidak tercatat
e. Informasi mengenai transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa
f. Ketidakpatuhan dengan berbagai isi perjanjian kontrak yang mungkin berdampak pada laporan keuangan
g. Informasi mengenai peristiwa kemudian
h. Ketidakberesan yang melibatkan karyawan dan manajemen
i. Komunikasi dari instansi pemerintah atau pelaporan keuangan
j. Rencana atau maksud yang mungkin akan mempengaruhi, dan lain berbagai
MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS KOMPREHENSIF
Data perusahaan dapat dibandingkan dengan :
a. Hasil perusahaan yang diharapkan misalnya seperti yang tercantum dalam anggaran
b. Data industri
c. Data non keuangan yang relavan seperti jumlah produksi, atau jumlah tenaga kerja
PENGEVALUASIAN TEMUAN
Auditor melaksanakan pengevaluasian atas temuan dengan tujuan :
a. Untuk menentukan jenis pendapat yang akan diberikan
b. Untuk menentukan apakah standar pengauditan telah dilaksanakan dengan baik dalam audit
Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor melaksanakan beberapa langkah berikut:
1. Membuat penetapan akhir mengenai materialitas dan risiko audit
2. Melakukan penelaahan teknis mengenai laporan keuangan
3. Merumuskan pendapat dan membuat draft laporan audit
4. Melakukan penelaahan akhir atas kertas kerja
MEMBUAT PENETAPPAN AKHIR MENGENAI MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT
Berkaitan dengan hal ini, ada 2 kasus yang mungkin ditemui auditor yaitu:
a. Salah saji yang tidak atau belum dikoreksi mungkin secara individual tidak material
b. Klien tidak mau melakukan koreksi sesuai dengan yang diminta oleh auditor
Penentuan salah saji oleh auditor dalam suatu akun meliputi beberapa komponen berikut :
a. Salah saji yang tidak dikoreksi yang terdeteksi melalui pengujian substantif ( known misstatement )
b. Proyeksi salah saji yang tidak dikoreksi, yang diperkirakan melalui teknik sampling audit
c. Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis, dan yang dikuantifikasikan dengan prosedur audit lainnya
MELAKUKAN PENELAAHAN TEKNIS MENGENAI LAPORAN KEUANGAN
Banyak kantor akuntan publik ( KAP ) yang mempunyai checklist ( daftar pengecek ) rincian laporan keuangan. Checklist yang telah lengkap, dan temuan yang diperoleh melalui penelaahan, yang diperoleh melalui penelaahan, harus dimasukkan dalam kertas kerja.
MERUMUSKAN PENDAPAT DAN MEMBUAT DRAF LAPORAN AUDIT
Sebelum mencapai keputusan pendapat yang final, auditor perlu berdiskusi dengan klien. Auditor dapat meminta klien ( manajer perusahaan ) untuk melakukan penyesuaian atau pengungkapan tambahan.
MELAKUKANPENELAAHAN AKHIR ATAS KERTAS KERJA
Manajer dapat melakukan penelaahan atas kertas kerja yang dibuat oleh seseorang auditor, maupun yang dibuat oleh asisten atau junior auditor yang telah ditelaah oleh senior auditor.
BERKOMUNIKASI DENGAN KLIEN
Komunikasi oleh auditor dapat dilkasanakan dengan :
a. Komite audit
b. Manajemen
KOMUNIKASI HAL – HAL YANG BERKAITAN DENGAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN
Auditor tidak berkewajiban untuk mencari kondisi yang dapat dilaporkan. Tetapi, auditor mungkin menemukan kondisi yang dapat dilaporkan melalui :
a. Pertimbangannya atau pemahamannya atas unsur – unsur SPI
b. Penerapan prosedur audit terhadap saldo maupun transaksi
Laporan tersebut harus :
a. Mengindikasikan kegunaan audit laporan keuangan adalah memberikan pendapat atas laporan keuangan, bukan menyediakan mengenai struktur pengendalian intern klien
b. Mencakup definisi reportable condition
c. Mencakup pembatasan distribusi laporan
KOMUNIKASI MENGENAI PELAKSANAAN AUDIT ( DENGAN KOMITE AUDIT )
Komunikasi dapat berbentuk lisan atau tertulis. Komunikasi dengan komite audit meliputi masalah – masalah berikut :
a. Tanggung jawab auditor berdasarkan standar pengauditan yang ditetapkan ikatan akuntan indonesia termasuk :
Ø Jaminan yang disediakan audit bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material
Ø Konsep materialitas yang digunakan dalam audit
Ø Jenis pengujian yang dilaksanakan
b. Kebijakan akuntansi yang signifikan termasuk pilihan dan perubahan kebijakan akuntansi serta metode akuntansi yang digunakan untuk transaksi yang tidak biasa
c. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi termasuk dasar pertimbangan yang dilakukan, dan proses pembuatan estimasi
d. Penyesuaian audit yang signifikan yang berdampak signifikan atas proses pelaporan satuan usaha.
e. Ketidaksepakatan dengan manejemen. Ketidaksepakatan tersebut dapat berupa :
Ø Penerapan prinsip akuntansi
Ø Perlakuan akuntansi atas kejadian tertentu
Ø Lingkup audit
Ø Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan
Ø Kata – kata auditor dalam laporan audit
f. Konsultasi dengan akuntan lain mengenai masalah akuntansi dan pengauditan
g. Kesulitan yang dijumpai selama pelaksanaan audit.
Ø Penundaan yang tidak beralasan oleh manajemen mengenai saat dimulainya audit
Ø Penyediaan informasi dan data yang diperlukan
Ø Tidak tersedianya karyawan klien dan kegagalan karyawan klien untuk menyelesaikan daftar yang dibuat klien pada waktunya
MENYUSUN MANAGEMENT LETTER ( SURAT PERNYATAAN MANAJEMEN )
Management letter dapat mencakup komentar atas :
a. Struktur pengendalian intern, yang bukan termasuk reportable condition
b. Sumber daya manajemen seperti kas, persediaan, dan investasi
c. Masalah perpajakan
TANGGUNG JAWAB SETELAH AUDIT
Tanggung jawab setelah audit meliputi pertimbangan :
a. Peristiwa kemudiaan yang terjadi antara tanggal laporan audit dan tanggal dipublikasikannya laporan audit
b. Penemuan fakta – fakta baru
c. Penemuan adanya prosedur yang tidak dilaksanakan
PERISTIWA KEMUDIAN YANG TERJADI ANTARA TANGGAL LAPORAN AUDIT DAN TANGGAL DIPUBLIKASIKANNYA LAPORAN AUDIT
Sebenarnya auditor tidak bertanggung jawab untuk menemukan hal – hal yang mempengaruhi laporan keuangan auditan setelah tanggal laporan audit. Bila auditor menetapkan perlunya penyesuaian atau pengungkapan, dan manajemen setuju, maka auditor dapat mengeluarkan laporan audit bentuk baku.
PENEMUAN FAKTA – FAKTA BARU
Langkah – langkah tersebut meliputi :
a. Memberitahu ( tertulis ) klien bahwa laporan audit tidak dapat lagi dikaitkan dengan laporan keuangan
b. Memberitahu ( tertulis ) badan yang berwenang seperti BAPEPAM bahwa laporan audit tidak dapat diandalkan lagi
c. Memberitahu ( tertulis ) melalui bda berwenang (BAPEPAM ) kepada setiap individu yang diketahui mengandalkan laporan keuangan, bahwa laporan audit tidak dapat diandalkan lagi
PENEMUAN ADANYA PROSEDUR YANG TIDAK DILAKSANAKAN
Penemuan adanya prosedur audit yang tidak dilaksanakan dapat diketahui melalui :
a. Pelaksanaan program pengendalian kualitas kantor akuntan publik
b. Pelaksanaan peer review.
BAB 9
PELAPORAN AUDIT
Standar Pelaporan Pertama
Kepatuhan terhadap Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum
Standar pelaporan pertama menyatakan :
“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum”.
Makna menyajikan secara Wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum
Standar pelaporan pertama mengharuskan auditor untuk menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Auditor dapat merumuskan pendapat wajar tanpa pengecualian sebagai berikut :
“Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebutkan di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan ABC tanggal 31 Desember 2003, dan hasil usaha, serta arus kas yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum”.
Pertimbangan auditor mengenai “kewajaran” atas penyajian laporan keuangan harus dilakukan dalam rerangka prinsip akuntansi yang berterima umum. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan pedoman seragam untuk menilai penyajian posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas dalam laporan keuangan. Pemberian pendapat auditor wajar tanpa pengecualian sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum harus didasarkan pada pertimbangan auditor menganai apakah :
a. Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berterima umum
b. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan
c. Laporan keuanga beserta catatan atas laporan keuangan memberikan informasi yang memadai yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsirannya
d. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhitasarkan dengan semestinya, tidak terlalu rinci maupun terlalu ringkas
e. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam sauatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan
Standar Pelaporan Kedua
Konsistensi Penerapan Prinsip Akuntansi Yang Berterima Umum
Standar pelaporan kedua dapat disebut juga sebagai standar konsistensi. Standar pelaporan kedua menyatakan :
“Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode sekarang dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya”.
Penerapan semestinya standar kedua ini menuntut auditor untuk memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan. Perbandingan laporan keuangan di antara beberapa periode dapat dipengaruhi oleh :
a. Perubahan akuntansi
b. Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode sebelumnya
c. Perubahan penggolongan atau reklasifikasi
d. Ketidaktepatan estimasi tahun-tahun sebelumnya dan peristiwa serta kejadian dalam tahun berjalan
Perubahan dalam prinsip akuntansi meliputi perubahan dalam :
1. Prinsip akuntansi
2. Estimasi akuntansi
3. Satuan usaha yang membuat laporan keuangan
Perubahan akuntansi dapat mempengaruhi konsistensi dan dapat pula tidak mempengaruhi konsistensi meliputi :
a. Perubahan dalam prinsip akuntansi
b. Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan
c. Laporan setalah terjadi penggabungan kepentingan
d. Koreksi kesalahn penerapan dalam prinsip
e. Perubahan dalam prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari perubahan dalam estimasi akuntansi
f. Perubahan dalam prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari perubahan dalam penyajian arus kas
Perubahan akuntansi yang tidak mempengaruhi konsistensi meliputi :
a. Perubahan kondisi bisnis (akuisisi atau pelepasan cabang)
b. Pengenalan lini produk baru
c. Perubahan akuntansi yang meliputi estimasi akuntansi
d. Variasi penyajian laporan aliran kas
e. Perubahan dalam klasifikasi dan reklasifikasi
f. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi
Perubahan akuntansi yang tidak mempengaruhi konsistensi tetapi memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi :
a. Perubahan dalam estimasi akuntansi
b. Transaksi atau kejadian yang sangat berbeda
c. Perubahan akuntansi yang diperkirakan baru berdampak material di masa yang akan datang
Standar Pelaporan Ketiga
Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan
Standar pelaporan ketiga menyatakan :
“Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit”.
Pelaporan Auditor atas Informasi Segmen
Informasi segmen meliputi informasi menganai operasi perusahaan di berbagai daerah industry yang berbeda, operasi di berbagai daerah produksi dan pemasaran, operasi luar negeri dan penjualan ekspor, dan pelanggan utama. Untuk perusahaan yang mempunyai segmentasi seperti itu, prinsip akuntansi yang berterima umum mewajibkan perusahaan untuk memasukkan informasi mengenai segmen tersebut dalam laporan keuangan tahunan.
Pengungkapan informasi segmen memerlukan pemisahan unsur-unsur signifikan tertentu laporan keuangan satuan usaha seperti pendapatan, laba atau rugi usaha, aktiva, depresiasi, dan pengeluaran modal. Tujuan pencantuman informasi segmen sebagai bagian dari laporan keuangan adalah untuk membantu pemakai laporan keuangan dalam menganalisis dan memahami kinerja masa lalu dan prospek masa datang suatu perusahaan.
Laporan audit bentuk baku atas laporan keuangan yang disusun sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum secara implisit berlaku juga untuk informasi segmen yang dimasukkan dalam laporan keuangan. Laporan audit bentuk baku tidak menunjuk ke informasi segmen, kecuali jika auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu masalah atau salah saji yang berkaitan dengan informasi segmen adalah material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
Standar Pelaporan Keempat
Pengaitan Nama Auditor dengan Laporan Keuangan
Standar pelaporan keempat menyatakan :
“Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya”.
Standar pelaporan keempat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir tentang tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor bila namnya dikaitkan dengan laporan keuangan. Auditor harus menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan pendapatnya atas laporan keuangan yang tidak diaudit tetapi namanya dikaitkan dengan laporan keuangan tersebut. Auditor juga harus menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan pendapatnya meskipun melakukan beberapa prosedur audit tetapi ia tidak independen terhadap klien.
Seorang auditor dikaitkan namanya dengan laporan keuangan apabila ia mengijinkan namanya dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan keuangan tersebut. Pengaitan nama auditor dengan laporan keuangan juga mencakup peristiwa penyerahan laporan keuangan yang disusun atau yang dibantu penyusunannya kepada klien atau pihak lain meski namanya tidak dicantumkan.
Apabila auditor dikaitkan namanya dengan suatu laporan keuangan, namun belum mengaudit atau menelaahnya, auditor harus menerbitkan laporan yang menyatakan bahwa ia tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut. Hal ini perlu ditempuh auditor untuk mematuhi standar pelaporan keempat. Di samping itu, setiap halaman laporan keuangan harus secara jelas diberi tanda “unaudited (tidak diaudit)”. Auditor tidak wajib melaksanakan prosedur apapun apabila akuntan menerbitkanbentuk pernyataan tidak memberikan pendapat semacam itu. Auditor hanya perlu membaca laporan keuangan tersebut untuk menemukan salah saji yang material.
Laporan Auditor Atas Laporan Keuangan Auditan
Laporan Audit Bentuk Baku
Unsur pokok laporan audit bentuk baku adalah sebagai berikut :
1. Judul laporan yang berbunyi “Laporan Auditor Independen”
2. Pihak yang dituju
3. Paragraph pengantar (Introductory paragraph)
4. Paragraph lingkup audit (scope paragraph)
5. Paragraph pendapat (opinion paragraph)
6. Tanda tangan auditor, nama , dan nomor register negara auditor
7. Tanggal
Penyimpangan dari Laporan Audit Bentuk Baku
Penyimpangan dari laporan audit bentuk baku dapat dibagi kedalam dua kategori :
1. Penambahan bahasa penjelas dalam laporan audit baku yang memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian
2. Pernyataan pendapat selai pendapat wajar tanpa pengecualian
Jenis Pendapat Auditor
Ada lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu :
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan
c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion)
Pendapat Wajar tanpa Pengecualian
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar pengadutitan, penyajian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.
Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku
Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam paragraph pengantar untuk menegaskan pemisahan tanggung jawab dalam pelaksanaan audit.
b. Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan auditan. Auditor harus menjelaskan penyimpangan yang dilakukan berikut taksiran pengaruh maupun alasannya penyimpangan dilakukan dalam satu paragraph khusus.
c. Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastiaan yang material.
d. Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
e. Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan metode akuntansi.
Pendapat Wajar dengan Pengecualian
Pendapat ini diberikan apabila :
a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berterima umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
Pendapat Tidak Wajar
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat diberikan terhadap laporan keuangan. Penjelasan tersebut harus dinyatakan dalam paragraph terpisah sebelum paragraph pendapat.
Penyataan Tidak Memberikan Pendapat
Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat layak diberikan apabila :
1. Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu
2. Auditor tidak independen terhadap klien
Pendapat Tidak Penuh (Piecemeal Opinion)
Pendapat ini sebenarnya buka merupakan suatu jenis pendapat tersendiri. Pendapat tidak penuh adalah pendapat atas unsur tertentu dalam laporan keuangan. Pendapat ini tidak boleh dinyatakan apabila auditor menyatakan tidak memberikan pendapat atau ia menyatakan pendapat tidak wajar atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Faktor Tertentu Pertimbangan Pelaporan
Bagian Audit Dilaksanakan Oleh Auditor Independen Lain
Untuk itu auditor harus mempertimbangkan beberapa hal berikut :
a. Materialitas bagian laporan keuangan auditannya dibandingkan dengan auditor kedua.
b. Luas pengetahuannya mengenai laporan keuangan secara keseluruhan disbanding auditor kedua.
c. Pentingnya komponen-komponen yang diauditnya dalam hubungannya dengan perusahaan secara keseluruhan.
Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi Laporan Keuangan Auditan
Yang dimaksud informasi lain dalam pembahasan ini adalah dokumen sebagai tambahan laporan keuangan auditan dan laporan auditor independen yang terdapat dalam :
a. Laporan keuangan tahunan yang ditujukan kepada pemegang saham, kreditur, dan pemegang manfaat lain.
b. Laporan keuangan tahunan yang diserahkan kepada badan pengatur menurut ketentuan peraturan pasar modal.
c. Laporan keuangan organisasi social yang digunakan untuk menghimpun sumbangan yang akan didistribusikan kepada masyarakat luas.
d. Dokumen lain yang auditor diminta klien untuk menaruh perhatian.
Pelaporan atas Laporan Keuangan Ringkasan dan Data Keuangan Pilihan
Laporan keuangan ringkasan disajikan dalam format yang sangat tidak rinci disbanding laporan keuangan yang lengkap yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Auditor dapat ditugasi untuk menyusun dan melaporkan laporan keuangan ringkasan yang berasal dari laporan keuangan auditan.
BAB 10
Jasa Lain Kantor Akuntan Publik
Jasa Atestasi
Penugasan Atestasi
Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu kesimpulan tentang keandalan asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain.
Contoh jasa professional yang dapat diberikan oleh para praktisi yang tidak termasuk dalam penugasan atestasi adalah :
1. Penugasan konsultasi manajemen yang di dalam penugasan tersebut praktisi dikontrak untuk memberikan nasehat atau rekomendasi kepada kliennya.
2. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk membela kepentingan klien. Sebagai contoh, dalam masalah pemeriksaan/verifikasi pajak yang sedang ditangani oleh aparat Direktorat Jendrak Pajak.
3. Penugasan pajak yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan atau untuk memberikan nasehat perpajakan.
4. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk melakukan kompilasi laporan keuangan, karena ia tidak diminta untuk memeriksa atau me-review bukti yang mendukung informasi yang diserahkan oleh klien dan tidak menyatak kesimpulan apapun atas kendalanya.
5. Penugasan yang di dalamnya praktisi berperan utama hanya dalam membantu klien. Sebagai contoh, bertindak sebagai akuntan perusahaan dalam pembuatan informasi selain laporan keuangan.
6. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk bertindak sebagai saksi ahli dalam bidang akuntansi, auditing, perpajakan atau hal lain berdasarkan fakta-fakta tertentu yang disepakati dalam kontrak.
7. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk memberikan suatu pendapat sebagai seorang yang ahli mengenai suatu prinsip tertentu, seperti penerapan undang-undang pajak atau prinsip akuntansi, berdasarkan fakta khusus yang disediakan oleh pihak lain, sepanjang pendapat sebagai ahli tidak menyatakan kesimpulan mengenai keandalan fakta yang diberikan oleh pihak lain tersebut.
Pemeriksaan (Examination)
Bila penyajian asersi disusun sesuai dengan kriteria yang dibuat yang telah disepakati bersama oleh pembuat asersi dan pemakainya, laporan praktisi harus berisi:
a. Suatu pernyataan mengenai pembatasan penggunaan laporan tersebut karena laporan tersebut hanya diperuntukkan khusus bagi pihak yang sudah ditentukan.
b. Suatu petunjuk, jika dapat diterapkan bahwa penyajian asersi akan berbeda secara material dari yang disajikan sekarang, jika kriteria yang dipakai untuk penyajian asersi tersebut dimaksudkan untuk dibagikan secara umum.
Review
Laporan praktisi yang berisi keyakinan negative juga dapat berisi komentar atas atau penekanan terhadap hal-hal tertentu yang bersangkutan dengan penugasan atestasi atau penyajian asesrsi. Lebih lanjut, laporan praktisi harus :
a. Menunjukkan bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan luas yang lebih terbatas dibandingkan dengan suatu pemeriksaan.
b. Menolak untuk memberikan keyakinan positif atas asersi tersebut.
Prosedur yang Disepakati Bersama (Agreed-upon Procedure)
Kesimpulan yang dibuat oleh praktisi sebagai hasil penerapan prosedur yang disepakati bersama atas suatu penyajian asersi harus berbentuk ringkasan temuan, keyakinan, atau keduanya. Laporan praktisi harus berisi :
a. Suatu pernyataan tentang pembatasan penggunaan laporan karena laporan tersebut hanya ditujukan untuk penggunaan oleh pihak yang telah disebutkan.
b. Suatu daftar atau ringkasan prosedur khusus yang dilaksanakan untuk memberitahu pembaca laporan tentang dasar yang digunakan dalam melaporkan temuan atau keyakinan negative.
Jasa Atestasi Yang Berkaitan Dengan Penugasan Jasa Konsultasi Manajemen
Jasa Atestasi sebagai bagian suatu penugasan Jasa Konsultasi Manajemen
Bila praktisi memberikan jasa atestasi sebagai bagian dari penugasan jasa konsultasi manajemen (JKM), Pernyataan Standar Atestasi ini hanya berlaku terbatas untuk jasa atestasi saja. Jika praktisi menentukan bahwa jasa atestasi dilaksanakan sebagai bagian dari penugasan Jasa Konsultasi Manajemen, praktisi harus memberitahu klien menganai perbedaan yang relevan antara dua tipe jasa tersebut dan harus memperoleh persetujuan dari klien bahwa jasa atestasi harus dilaksanakan berdasarkan persyaratan professional yang memadai. Surat Perjanjian JKM atau perubahannya harus menyebutkan persyaratan pelaksanaan jasa atestasi tersebut. Praktisi harus melakukan tindakan itu karena persyaratan professional untuk jasa atestasi berbeda dengan persyaratan JKM.
Asersi, Kriteria, dan Bukti
Suatu jasa atestasi dapat mencakup asersi tertulis, evaluasi terhadap kriteria, atau bukti atestasi yang dikembangkan selama atau sebelum penugasan JKM. Asersi tertulis yang dibuat oleh pihak lain yang dikembangkan atas dasar nasehat dan bantuan praktisi sebagai hasil penugasan JKM dapat merupakan subjek penugasan atestasi, sepanjang asersi tersebut tergantung atas tindakan, rencana, atau asumsi pihak lain tersebut, yang berada dalam posisi untuk mempertimbangkan kecermatan informasi. Kriteria yang dikembangkan dengan bantuan praktisi dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu asersi dalam penugasan atestasi.
Evaluasi Non Atestasi atas Asersi Tertulis
Evaluasi atas pernyataan yang terdapat dalam asersi tertulis pihak lain dalam pelaksanaan JKM tidak dengan sendirinya merupakan pelaksanaan jasa atetasi. Sebagai contoh, dalam pelaksanaan penugasan untuk membantu klien untuk memilih suatu computer yang memenuhi kebutuhan klien, praktisi mungkin mengevaluasi asersi tertulis dari satu atau lebih pemasok, dengan melaksanakan beberapa prosedur yang sama dengan yang diperlukan dalam jasa atestasi. Studi yang dilaksanakan praktisi tentang kesesuaian computer dengan kebutuhan klien tidak hanya terbatas pada apa yang tercantum dalam asersi tertulis pemasok. Beberapa atau semua informasi yang disediakan oleh pemasok dan informasi lain, akan dievaluasi oleh praktisi untuk memberikan rekomendasi system computer yang sesuai dengan kebutuhan klien. Penilaian ini diperlukan untuk memungkinkan praktisi mencapai tujuan yang ditetapkan dengan penugasan JKM.
Jasa Kompilasi dan Review
Kompilasi Laporan Keuangan :
Sebelum menerbitkan laporannya, akuntan harus membaca laporan keuangan yang telah dikompilasi dan mempertimbangkan laporan keuang tersebut layak bila ditinjau dari segi bentuknya dan bebas dari kekeliruan material yang nyata. Dalam hubungan ini, istilah kekeliruan diartikan sebagai kesalahan dalam kompilasi laporan keuangan, termasuk kesalahan hitung dan keslahan dalam penerapan prinsip akuntansi, termasuk pengungkapan nyang kurang memadai.
Laporan keuangan yang dikompilasi tanpa diaudit atau review oleh akuntan harus disertai dengan suatu laporan akuntan yang menyatakan bahwa :
a) Kompilasi telah dilakukan sesuai dengan standar.
b) Kompilasi terbatas pada penyajian dalam bentuk informasi laporan keuangan yang merupakan representasi manajemen atau pemilik.
c) Laporan keuang belum diaudit atau di-review dan dengan demikian akuntan tidak menyatakan pendapat atau bentuk keyakinan lain apapun.
Review atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang di-review oleh akuntan harus disertai dengan laporan akuntan yang menyatakan bahwa :
1. Review dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia,
2. Semua informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan adalah penyajian manajemen satua usaha tersebut.
3. Review terutama mencakup pengajuan pertanyaan kepada para pejabat penting perusahaan dan prosedur analitis yang diterapkan terhadap data keuangan.
4. Lingkup review jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang tujuannya untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan dan dengan demikian ntidak dinyatakan pendapat semacam itu dalam suatu review.
5. Akuntan tidak mengetahui adanya suatu modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.